PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI
GAYA KOMUNIKASI
DISUSUN OLEH : RAHMAT ABAS
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULLDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TA. 2015-2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,syukur kepada allah yang telah memberikan
hidayahnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW,suri teladan yang
telah membawa kita dari jaman kebodohan kejaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan kali ini,dengan penuh
syukur saya mengucapkan terimah kasih
kepada kedua orang tua saya atas segala doa dan harapan besar yang harus
saya pertanggung jawabkan. Saya merasa sangat berharga dengan semua itu
sehingga dengan penuh semangat bias menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Meskipun demikain, tidak ada manusia
yang sempurna. Oleh karena itu,segala kesalahan dan kekhilafan yang ada mohon
di malumi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak ragam gaya
komunikasi di Indonesia maupun diluar
indonesia. Setiap penjuru nusantara memiliki gaya komunikasi dengan ciri khas
tersendiri. Hal ini terjadi karena bahasa daerah turut mempengaruhi perkembangan
gaya komunikasi Indonesia.
Keberagaman gaya komunikasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia akan
tetapi terjadi secara global. Sebagai contoh bahasa Inggris sebagai bahasa
Internasional memiliki banyak gaya. Misalnya, United Kingdom style, United
States style, Australian style dan lain-lain.
B.
RUMUSAN
MASALAH
a. Definisi gaya komunikasi
b. Macam macam gaya komunikasi
c. Faktor yang mempengaruhi gaya
komunikasi
d. Hambatan dalam gaya komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
GAYA KOMUNIKASI
Gaya
komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu. Gaya
komunikasi merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang
dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal
berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan waktu, dan penggunaan ruang dan jarak.
Gaya komunikasi
dipengaruhi oleh gaya bahasa yang dihasilkan oleh banyaknya budaya,
setiap budaya punya gaya bahasanya tersendiri hal ini yang menimbulkan adanya
perbedaan dalam gaya komunikasi, kita ambil contoh [1]”rampung”
sunda lain dengan rampung jawa. “atos” sunda tidak sama dengan “atos” jawa.
“bujang”sunda berbeda dengan “bujang” sumatra. “jangan” indonesia beda dengan
“jangan” jawa. Selain itu Gaya komunikasi juga dipengaruhi
oleh situasi,bukan kepada tipe seseorang, gaya komunikasi bukan tergantung pada
tipe seseorang melainkan kepada situasi yang dihadapi. Setiap orang akan
menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda ketika mereka sedang gembira,
sedih, marah, tertarik, atau bosan. Begitu juga dengan seseorang yang berbicara
dengan sahabat baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan anak-anak akan
berbicara dengan gaya yang berbeda. Selain itu gaya yang digunakan dipengaruhi
oleh banyak faktor, gaya komunikasi adalah sesuatu yang dinamis dan sangat
sulit untuk ditebak. Sebagaimana budaya, gaya komunikasi adalah sesuatu yang
relatif.
B. MACAM –MACAM GAYA KOMUNIKASI
Pada ilmu komunikasi, komunikasi memiliki 6
gaya yaitu :
a.
The Controlling Style
:
Gaya
komunikasi yang bersifat mengendali ini, ditandai dengan adanya satu kehendak
atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan
tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal
dengan nama komunikator satu arah atau oneway communicators. Pihak-pihak yang memakai Controlling
Style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berbagi pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan
balik atau feedback
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau
one-way communications. Pesan-pesan yag
berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar
dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa
yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai
untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan
pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain
memberi respons atau tanggapan yang negatif pula. Contohnya : tanggapanmu itu
bagus tapi akan lebih bagus jika kamu memberikan tanggapan yang masuk akal,
pada contoh ini seorang komunikator berusaha mengendalikan komunikan tetapi
tidak berharap ada umpan balik atau feedback dari komunikan. [2]yang
penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang
disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada
komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklarifikasikan menurut kadarnya
yakni dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak behavioral.
b.
The Equalitarian Style
The equalitarian style of communication ini
ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya
komunikasi ini, tidak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota kelompok dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang
demikian, memungkinkan setiap anggota kelompok mencapai kesepakatan dan
pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi
serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalam konteks
pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.
The
equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam kelompok, sebab
gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam
situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi
di antara para anggota dalam suatu kelompok. Contohnya yakni semua anggota
organisasi mendiskusikan hal tentang pelaksnaan kegiatan yang akan mereka
adakan baik dari segi mekanisme, segi perlengkapan, dan beberapa hal yang
menyangkut kesiapan kegiatan tersebut. Dari jenis gaya
komunikasi ini bisa dikatakan komunikasi sangat berperan dalam politik, [3]dengan
komunikasi maka realitas, sejarah, tradisi politik, bisa
dihubungkan/dirangkaikan dari masa lalu untuk acuan masa depan.
c.
The Structuring
Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaat pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur dalam suatu kelompok. Pengirim
pesan (sender)
lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan
jalan berbagi informasi tentang tujuan kelompok, jadwal kerja, aturan dan
prosedur yang berlaku dalam kelompok tesebut. Contoh:
seorang dosen memberikan petunjuk penulisan makalah agar mahasiwa bisa lebih
mantap mengerjakan tugasnya
Stogdill dan
Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan
dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi
atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa
pemrakarsai (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu
merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan kelompok,
kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
muncul.
d.
The Dynamic Style
Gaya
komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender
memahami bahwa lingkungan pekerjaanya berorientasi pada tindakan (action-oriented).
The dynamic
style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye
ataupun supervisor yang membawahi para wiranegara (salesmen).Tujuan utama
gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang
pekerjaan/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat efektif digunakan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut. Contohnya seorang presiden menghimbau agar semua
menteri kabinet agar lebih disiplin dan tepat waktu bekerja, [4]tanpa
adanya himbauan dari seorang pemimpin mungkin wajah dunia tidak seperti yang
kita lihat sepert sekarang ini, oleh karena itu dimasa depan kita membutuhkan
pemimpin yang lebih baik dari sekarang ini.
e.
The Relinguishing Style
Gaya
komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orng lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengiriman pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika
pengiriman pesan atau sender senang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. Contohnya seorang mahasiswa berkata kepada teman-temannya “siapkah kalian untuk melakukan perubahan?” pada contoh ini seorang komunikator menyatakan sebuah kalimat yang membutukan saran ataupun pendapat dari seorang komunikan dan ia akan merasa senang jika komunikan mau ikut bergabung bersama pendapatnya itu. Tujuan dalam kegiatan komunikasi yakni: [5]to secure understanding, meastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Setelah ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina to estabilish acceptance, pada akhir kegiatannya yakni dimotivasikan to motivate action
f.
The Withdrawal Style
Akibat
yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam
deskripsi yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan: “saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba
melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi tetap juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu,
gaya komunikasi ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi jika berada
dalam sebuah kelompok. Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya : structuring, dunamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling, dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat dan produktif.
C.
FAKTOR
PENDORONG GAYA KOMUNIKASI
Ada tujuh komponen yang
diidentifikasikan sebagai penyebab gaya interaksi-tujuh hal yang mampu
merefleksikan atau memberikan pandangan mengenai interaksi setiap individu.
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi gaya komunikasi, antara lain:
1.Kondisi Fisik : Sesuai dengan penjelasan di atas terlihat jelas
bahwasannya kondisi fisik di mana kita melakukan komunikasi sangat mempengaruh
gaya komunikasi. Seperti halnya ketika kegiatan komunikasi itu dilakukan dengan
kapasitas minim dalam bertatap muka, hal tersebut akan berakibat pada ketidak
nyamanan dan kurangnya kepastian antara si pengirim dan penerima pesan. Selain
itu dapat menimbulkan ketidaksesuaian atau kenyamanan antara kedua belah pihak.contoh
lain yakni jika seorang komunikasi kondisinya kurang baik atau bisa dikatakan
dalam keadaan sakit maka gaya komunikasinya pun akan berbeda dengan orang yang
sehat,
2.Peran : Persepsi akan peran kita sendiri (sebagai pelanggan, teman
atasan) dan peran komunikator lainnya mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi.
Setiap orang memiliki harapan yang berbeda dari peran mereka sendiri dan orang
lain, dan dengan demikian mereka akan sering melakukan komunikasi antar satu
dengan lainnya.[6] Camat
akan lain sikapnya ketika berkomunikasi dengan dengan bupati, dan bupati ketika
berkomunikasi dengan gubernur tidak akan sesantai tatkala menghadapi camat.
3.Konteks
Historis : Sejarah mempengaruhi setiap interaksi. Sejarah bangsa-bangsa,
tradisi spiritual, perusahaan, dan masyarakat dengan mudah dapat mempengaruhi
bagaimana kita memandang satu sama lain, dengan demikian dapat mempengaruhi
gaya komunikasi. Tak lepas dari sejarahnya bahwa indonesia mempunyai ada banyak
perbedaan budaya dan suku yang mana budaya dan suku tersebut mempunyai gaya
komunikasi yang berbeda-beda sehingganya terdapat banyak jenis gaya komunikasi
yang ada.
4.Kronologi :
Bagaimana interaksi itu cocok menjadi serangkaian peristiwa yang mempengaruhi
pilihan gaya komunikasi seseorang. Hal tersebut akan membuat perbedaan, jika
itu adalah pertama kalinya seseorang berinteraksi tentang sesuatu atau
kesepuluh kalinya, jika interaksi masa lalu seseorang telah berhasil atau tidak
menyenangkan. Maka akan membuat suatu perbedaan terhadap gaya komunikasi
seseorang. [7]situasi
komunikasi yang tidak menyenangkan dapat diatasi komunikator dengan
menghindarkan jauh sebelum atau dengan mengatasinya pada saat komunikasi sedang
berlangsung.
5.Bahasa : Bahasa
yang kita gunakan, "versi" dari bahasa yang kita ucapkan misalnya,
Aussie, Inggris, atau versi bahasa Inggris Amerika dan kelancaran kita dengan
bahasa tersebut. Semuanya memainkan peran dalam gaya berkomunikasi seseorang. Gaya
komunikasi seseorang dalam bahasa Inggris berarti bahwa orang yang terbiasa
berbahasa jepang tidak sepenuhnya memahami dia, dan kemampuan ini akan
memberikan batasan pada seseorang untuk sepenuhnya berpartisipasi dan
mempengaruhi arah pembicaraan. [8]manusia,
meskipun satu sama lain sama jenisnya sebagai makhluk “homosapien” tetapi
ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam postur, warna kulit,dan
kebudayaan, yang pada kelanjutanya berebeda dalam gaya hidup (way of life),
norma, kebiasaan, dan bahasa.
6.Hubungan :
Seberapa baik kita tahu orang lain, dan seberapa banyak kita suka atau percaya
dia dan sebaliknya. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana kita berkomunikasi.
Selain itu, pola kita mengembangkan hubungan tertentu dari waktu ke waktu
sering memberikan efek kumulatif pada interaksi selanjutnya antara mitra
relasional.
Komunikasi
seorang teman yang telah lama dengan kita akan berbeda gaya berkomunikasi
dengan teman baru.
7.Kendala ; Metode
yang seseorang gunakan untuk berkomunikasi (misalnya, beberapa orang membenci
e-mail atau panggilan telepon) dan waktu yang kita miliki hanya tersedia untuk berinteraksi
dengan metode diatas. Jenis kendala tersebut akan mempengaruhi cara kita berkomunikasi.
Misalnya kita sedang sibuk bekerja tiba-tiba ada seorang yang mengajak untuk
kita berkomunikasi hal ini dapat menimbulkan gaya komunikasi kita berbeda
dengan saat kita berkomunikasi tidak melakukan pekerjaan
D.
HAMBATAN GAYA KOMUNIKASI
a. Hambatan Teknis.
Hambatan teknis keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi.Dari sisi teknologi, hambatan teknis ini
semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan
efesien sebagai media komunikasi. [9]banyak
contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari : suara telepon yang
krotokan, [10]hambatan
pada beberapa mediatidak mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan
yang dijumpai pada surat kabar, radio dan televisi. Tetapi pada beberapa media
komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu, misalnya
ketika sedang menelpon terganggu oleh krotokan. Barang kali ia dapat
mengulanginya pada beberapa saat kemudian
b. Hambatan Semantik
Gangguan semantik adalah hambatan dalam
proses penyampaian pengertian atau ide secara secara efektif. Definisi semantik
sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata
membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator dan
komunikan),
tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara
simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang
dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari salah komunikasi semacam ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik
komunikannya,dan melihat kemungkinan
penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.[11]faktor
semantis menyangkut bahasa yang sering digunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya
kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator
harus memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau salah tulis
dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir
(misinterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi
(miscomunication). Sering kali salah
ucap disebabkan karena si komunikator berbicara terlalu cepat sehingga ketika
pikiran dan persaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur
dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “keledai”,
“demokrasi” menjadi “demontrasi”, “partisipasi” menjadi “partisisapi” dan
sebagainya. [12]
Salah komunikasi atau miscomunication ada kalanya disebabkan pemilihan kata
yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi bahasa
sebaiknya dipergunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa juga
menggunakan kata-kata yang konotatif, seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksud
sebenarnya, sehingga tidak menjadi salah tafsir. Kata-kata yang bersifat
denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus
(dictionary meaning), dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama
dalam kebudayaan dan bahasanya, kata-kat yang mempunyai pengertian konotatif
adalah yang mengandung makna emosional atau evaliatif (emotional of evaluatif
meaning) disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang
c. Hambatan manusiawi
Hambatan
Manusiawi/hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Terjadi
karena adanya faktor, perbedaan umur, emosi dan
prasangka
pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan
alat-alat pancaindera seseorang. [13]dalam
melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak akan berhasil apabila ia
tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan
“siapa” disini bikan nama yang disandang melainkan ras apa, bangsa apa, atau
suku apa. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup
dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. Komunikasi akan berjalan
lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikakator diterima oleh komunikan
secara tuntas, yaitu diterima dalam penegrtian received atau secara indrawi,
dan dalam penegrtian accepted atau secar rohani. Seorang pemirsa televisi
mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil
pada pesawat televisi amat terang dan suaranya keluar amat jelas, tetapi ia
mungkin tidak dapat menerima ketika seorang pembicara pad acara itu mengatakan
daging babi lezat sekali. Sepemirsa tadi hanya menerimanya dalam penertian
accepted. Jadi hambatan ini juga menjadi hambatan yang harus diperhatikan agar
kita dapat segera mengatasinya dengan cepat.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Gaya
komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu.
Pada
ilmu komunikasi, komunikasi memiliki 6 gaya yaitu :The
Controlling Style,The Equalitarian Style,The Structuring ,The Dynamic Style ,The Relinguishing Style,The Withdrawal Style.
FAKTOR
PENDORONG GAYA KOMUNIKASI yaitu : Peran, Kondisi Fisik,Konteks Historis , Kronologi , Bahasa, Hubungan, dan Kendala.
HAMBATAN GAYA
KOMUNIKASI yaitu : Hambatan Teknis, Hambatan Semantik, dan Hambatan
manusiawi.
Daftar pustaka
Abas,rahmat (2015). From: www.google.com
Al ilmi,gina (2010). Jadi pemimpin, tangerang: cv.citralab
Nurudin,nurudin (2003).sistem komunikasi indonesia, jakarta: raja grafindo persada
Uchjana,onong (1990).komunikasi teori dan praktek,bandung: remaja rosdakarya
Uchjana,onong (1998).dinamika komunikasi, bandung: remaja rosdakarya
[1]Onong
uchana,dinamika komunikasi( bandung:
remaja rosdakarya, 1992) halaman 14
[2] Ibid
halaman 7
[3] Nurdin sistem komunikasi indonesia (jakarta:raja
grafindo,2003) halaman 66
[4] Gina
ilmi jadi pemimpin ( tangerang:
citralab, 2010) halaman 2
[5] Onong
uchana, ilmu komunikasi teori dan praktek
(bandung :remaja rosdakarya,1948) halaman 32
[6]Onong
uchana,dinamika komunikasi( bandung:
remaja rosdakarya, 1992) halaman 12
[7] Ibid
halaman 16
[8] Ibid
halaman 12
[9] Ibid
halaman 15
[10] Ibid
[11] Ibid
halaman 14
[12] Ibid
halaman 15
[13] Ibid
halaman 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gunakan bahasa yang sopan..