Selasa, 10 November 2015

makalah pengantar ilmu komunikasi (gaya komunikasi)



PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI


GAYA KOMUNIKASI

http://buku-on-line.com/wp-content/uploads/2012/04/Logo-IAIN-Sultan-Amai-Gorontalo.jpg




DISUSUN OLEH : RAHMAT ABAS
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULLDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TA. 2015-2016






KATA PENGANTAR
           Alhamdulillah,syukur kepada allah yang telah memberikan hidayahnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW,suri teladan yang telah membawa kita dari jaman kebodohan kejaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
          Pada kesempatan kali ini,dengan penuh syukur saya mengucapkan terimah kasih  kepada kedua orang tua saya atas segala doa dan harapan besar yang harus saya pertanggung jawabkan. Saya merasa sangat berharga dengan semua itu sehingga dengan penuh semangat bias menyelesaikan penyusunan makalah ini.
         Meskipun demikain, tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu,segala kesalahan dan kekhilafan yang ada mohon di malumi.
















BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak ragam gaya komunikasi di Indonesia maupun diluar indonesia.  Setiap penjuru nusantara memiliki gaya komunikasi dengan ciri khas tersendiri. Hal ini terjadi karena bahasa daerah turut mempengaruhi perkembangan  gaya komunikasi Indonesia.
Keberagaman gaya komunikasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia akan tetapi terjadi secara global. Sebagai contoh bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional memiliki banyak gaya. Misalnya, United Kingdom style, United States style, Australian style dan lain-lain.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.     Definisi gaya komunikasi
b.     Macam macam gaya komunikasi
c.      Faktor yang mempengaruhi gaya komunikasi
d.     Hambatan dalam gaya komunikasi






BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI GAYA KOMUNIKASI
Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu.  Gaya komunikasi merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan waktu, dan penggunaan ruang dan jarak.
Gaya komunikasi  dipengaruhi oleh gaya bahasa yang dihasilkan oleh banyaknya budaya, setiap budaya punya gaya bahasanya tersendiri hal ini yang menimbulkan adanya perbedaan dalam gaya komunikasi, kita ambil contoh [1]”rampung” sunda lain dengan rampung jawa. “atos” sunda tidak sama dengan “atos” jawa. “bujang”sunda berbeda dengan “bujang” sumatra. “jangan” indonesia beda dengan “jangan” jawa.  Selain itu  Gaya komunikasi juga dipengaruhi oleh situasi,bukan kepada tipe seseorang, gaya komunikasi bukan tergantung pada tipe seseorang melainkan kepada situasi yang dihadapi. Setiap orang akan menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda ketika mereka sedang gembira, sedih, marah, tertarik, atau bosan. Begitu juga dengan seseorang yang berbicara dengan sahabat baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan anak-anak akan berbicara dengan gaya yang berbeda. Selain itu gaya yang digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor, gaya komunikasi adalah sesuatu yang dinamis dan sangat sulit untuk ditebak. Sebagaimana budaya, gaya komunikasi adalah sesuatu yang relatif.



B.     MACAM –MACAM GAYA KOMUNIKASI

Pada ilmu komunikasi, komunikasi memiliki 6 gaya yaitu :
a.     The Controlling Style :
Gaya komunikasi yang bersifat mengendali ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau oneway communicators. Pihak-pihak yang memakai Controlling Style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula. Contohnya : tanggapanmu itu bagus tapi akan lebih bagus jika kamu memberikan tanggapan yang masuk akal, pada contoh ini seorang komunikator berusaha mengendalikan komunikan tetapi tidak berharap ada umpan balik atau feedback dari komunikan. [2]yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklarifikasikan menurut kadarnya yakni dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak behavioral.



b.     The Equalitarian Style
The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tidak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota kelompok dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota kelompok mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.
The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam kelompok, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu kelompok. Contohnya yakni semua anggota organisasi mendiskusikan hal tentang pelaksnaan kegiatan yang akan mereka adakan baik dari segi mekanisme, segi perlengkapan, dan beberapa hal yang menyangkut kesiapan kegiatan tersebut. Dari jenis gaya komunikasi ini bisa dikatakan komunikasi sangat berperan dalam politik, [3]dengan komunikasi maka realitas, sejarah, tradisi politik, bisa dihubungkan/dirangkaikan dari masa lalu untuk acuan masa depan.









c.      The Structuring  
Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaat pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur dalam suatu kelompok. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan kelompok, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam kelompok tesebut. Contoh: seorang dosen memberikan petunjuk penulisan makalah agar mahasiwa bisa lebih mantap mengerjakan tugasnya
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsai (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan kelompok, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d.     The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaanya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawahi para wiranegara (salesmen).Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerjaan/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut. Contohnya seorang presiden menghimbau agar semua menteri kabinet agar lebih disiplin dan tepat waktu bekerja, [4]tanpa adanya himbauan dari seorang pemimpin mungkin wajah dunia tidak seperti yang kita lihat sepert sekarang ini, oleh karena itu dimasa depan kita membutuhkan pemimpin yang lebih baik dari sekarang ini.


e.      The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orng lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengiriman pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengiriman pesan atau sender senang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.  
Contohnya seorang mahasiswa berkata kepada teman-temannya “siapkah kalian untuk melakukan perubahan?” pada contoh ini seorang komunikator menyatakan sebuah kalimat yang membutukan saran ataupun pendapat dari seorang komunikan dan ia akan merasa senang jika komunikan mau ikut bergabung bersama pendapatnya itu. Tujuan dalam kegiatan komunikasi yakni: [5]to secure understanding, meastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Setelah ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina to estabilish acceptance, pada akhir kegiatannya yakni dimotivasikan to motivate action
f.       The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan: “saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi tetap juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya komunikasi ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi jika berada dalam sebuah kelompok.



Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya : structuring, dunamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling, dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat dan produktif.
C.    FAKTOR PENDORONG GAYA KOMUNIKASI
    Ada tujuh komponen yang diidentifikasikan sebagai penyebab gaya interaksi-tujuh hal yang mampu merefleksikan atau memberikan pandangan mengenai interaksi setiap individu. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi gaya komunikasi, antara lain:
1.Kondisi Fisik : Sesuai dengan penjelasan di atas terlihat jelas bahwasannya kondisi fisik di mana kita melakukan komunikasi sangat mempengaruh gaya komunikasi. Seperti halnya ketika kegiatan komunikasi itu dilakukan dengan kapasitas minim dalam bertatap muka, hal tersebut akan berakibat pada ketidak nyamanan dan kurangnya kepastian antara si pengirim dan penerima pesan. Selain itu dapat menimbulkan ketidaksesuaian atau kenyamanan antara kedua belah pihak.contoh lain yakni jika seorang komunikasi kondisinya kurang baik atau bisa dikatakan dalam keadaan sakit maka gaya komunikasinya pun akan berbeda dengan orang yang sehat,  
2.Peran : Persepsi akan peran kita sendiri (sebagai pelanggan, teman atasan) dan peran komunikator lainnya mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi. Setiap orang memiliki harapan yang berbeda dari peran mereka sendiri dan orang lain, dan dengan demikian mereka akan sering melakukan komunikasi antar satu dengan lainnya.[6] Camat akan lain sikapnya ketika berkomunikasi dengan dengan bupati, dan bupati ketika berkomunikasi dengan gubernur tidak akan sesantai tatkala menghadapi camat.

3.Konteks Historis : Sejarah mempengaruhi setiap interaksi. Sejarah bangsa-bangsa, tradisi spiritual, perusahaan, dan masyarakat dengan mudah dapat mempengaruhi bagaimana kita memandang satu sama lain, dengan demikian dapat mempengaruhi gaya komunikasi. Tak lepas dari sejarahnya bahwa indonesia mempunyai ada banyak perbedaan budaya dan suku yang mana budaya dan suku tersebut mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda sehingganya terdapat banyak jenis gaya komunikasi yang ada.

4.Kronologi : Bagaimana interaksi itu cocok menjadi serangkaian peristiwa yang mempengaruhi pilihan gaya komunikasi seseorang. Hal tersebut akan membuat perbedaan, jika itu adalah pertama kalinya seseorang berinteraksi tentang sesuatu atau kesepuluh kalinya, jika interaksi masa lalu seseorang telah berhasil atau tidak menyenangkan. Maka akan membuat suatu perbedaan terhadap gaya komunikasi seseorang. [7]situasi komunikasi yang tidak menyenangkan dapat diatasi komunikator dengan menghindarkan jauh sebelum atau dengan mengatasinya pada saat komunikasi sedang berlangsung.

5.Bahasa : Bahasa yang kita gunakan, "versi" dari bahasa yang kita ucapkan misalnya, Aussie, Inggris, atau versi bahasa Inggris Amerika dan kelancaran kita dengan bahasa tersebut. Semuanya memainkan peran dalam gaya berkomunikasi seseorang. Gaya komunikasi seseorang dalam bahasa Inggris berarti bahwa orang yang terbiasa berbahasa jepang tidak sepenuhnya memahami dia, dan kemampuan ini akan memberikan batasan pada seseorang untuk sepenuhnya berpartisipasi dan mempengaruhi arah pembicaraan. [8]manusia, meskipun satu sama lain sama jenisnya sebagai makhluk “homosapien” tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam postur, warna kulit,dan kebudayaan, yang pada kelanjutanya berebeda dalam gaya hidup (way of life), norma, kebiasaan, dan bahasa.







6.Hubungan : Seberapa baik kita tahu orang lain, dan seberapa banyak kita suka atau percaya dia dan sebaliknya. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana kita berkomunikasi. Selain itu, pola kita mengembangkan hubungan tertentu dari waktu ke waktu sering memberikan efek kumulatif pada interaksi selanjutnya antara mitra relasional.
Komunikasi seorang teman yang telah lama dengan kita akan berbeda gaya berkomunikasi dengan teman baru.

7.Kendala ; Metode yang seseorang gunakan untuk berkomunikasi (misalnya, beberapa orang membenci e-mail atau panggilan telepon) dan waktu yang kita miliki hanya tersedia untuk berinteraksi dengan metode diatas. Jenis kendala tersebut akan mempengaruhi cara kita berkomunikasi. Misalnya kita sedang sibuk bekerja tiba-tiba ada seorang yang mengajak untuk kita berkomunikasi hal ini dapat menimbulkan gaya komunikasi kita berbeda dengan saat kita berkomunikasi tidak melakukan pekerjaan

D.    HAMBATAN GAYA KOMUNIKASI

a.     Hambatan Teknis.
Hambatan teknis keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi.Dari sisi teknologi, hambatan teknis ini semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi. [9]banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari : suara telepon yang krotokan, [10]hambatan pada beberapa mediatidak mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai pada surat kabar, radio dan televisi. Tetapi pada beberapa media komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu, misalnya ketika sedang menelpon terganggu oleh krotokan. Barang kali ia dapat mengulanginya pada beberapa saat kemudian







b.     Hambatan Semantik
     Gangguan semantik adalah hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator dan
komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari salah komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya,dan  melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.[11]faktor semantis menyangkut bahasa yang sering digunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya  kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscomunication).  Sering kali salah ucap disebabkan karena si komunikator berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan persaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “keledai”, “demokrasi” menjadi “demontrasi”, “partisipasi” menjadi “partisisapi” dan sebagainya.  [12] Salah komunikasi atau miscomunication ada kalanya disebabkan pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi bahasa sebaiknya dipergunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa juga menggunakan kata-kata yang konotatif, seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksud sebenarnya, sehingga tidak menjadi salah tafsir. Kata-kata yang bersifat denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning), dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam kebudayaan dan bahasanya, kata-kat yang mempunyai pengertian konotatif adalah yang mengandung makna emosional atau evaliatif (emotional of evaluatif meaning) disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang



c.     Hambatan manusiawi
Hambatan Manusiawi/hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Terjadi karena adanya faktor, perbedaan umur, emosi dan
prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang. [13]dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan “siapa” disini bikan nama yang disandang melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikakator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam penegrtian received atau secara indrawi, dan dalam penegrtian accepted atau secar rohani. Seorang pemirsa televisi mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil pada pesawat televisi amat terang dan suaranya keluar amat jelas, tetapi ia mungkin tidak dapat menerima ketika seorang pembicara pad acara itu mengatakan daging babi lezat sekali. Sepemirsa tadi hanya menerimanya dalam penertian accepted. Jadi hambatan ini juga menjadi hambatan yang harus diperhatikan agar kita dapat segera mengatasinya dengan cepat.











BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu.
Pada ilmu komunikasi, komunikasi memiliki 6 gaya yaitu :The Controlling Style,The Equalitarian Style,The Structuring ,The Dynamic Style ,The Relinguishing Style,The Withdrawal Style.
FAKTOR PENDORONG GAYA KOMUNIKASI yaitu : Peran, Kondisi Fisik,Konteks Historis , Kronologi , Bahasa, Hubungan, dan Kendala.
HAMBATAN GAYA KOMUNIKASI yaitu : Hambatan Teknis, Hambatan Semantik, dan Hambatan manusiawi.














Daftar pustaka
Abas,rahmat (2015). From: www.google.com
Al ilmi,gina (2010). Jadi pemimpin, tangerang: cv.citralab
Nurudin,nurudin (2003).sistem komunikasi indonesia, jakarta: raja grafindo persada
Uchjana,onong (1990).komunikasi teori dan praktek,bandung: remaja rosdakarya
Uchjana,onong (1998).dinamika komunikasi, bandung: remaja rosdakarya


[1]Onong uchana,dinamika komunikasi( bandung: remaja rosdakarya, 1992) halaman 14
[2] Ibid halaman 7
[3] Nurdin sistem komunikasi indonesia (jakarta:raja grafindo,2003) halaman 66
[4] Gina ilmi jadi pemimpin ( tangerang: citralab, 2010) halaman 2
[5] Onong uchana, ilmu komunikasi teori dan praktek (bandung :remaja rosdakarya,1948) halaman 32
[6]Onong uchana,dinamika komunikasi( bandung: remaja rosdakarya, 1992) halaman 12

[7] Ibid halaman 16
[8] Ibid halaman 12
[9] Ibid halaman 15
[10] Ibid
[11] Ibid halaman 14
[12] Ibid halaman 15
[13] Ibid halaman 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gunakan bahasa yang sopan..

Makalah sosiologi komunikasi- paradigma keilmuan dan teori komunikasi

SOSIOLOGI KOMUNIKASI : PARADIGMA KEILMUAN DAN TEORI KOMUNIKASI DISUSUN OLEH : RAHMAT ABAS MOHAMAD RIFAI DJ RAUF ERWI...