MAKALAH
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN
BELANDA
DIPRESENTASIKAN DALAM DISKUSI KELAS
MATA KULIAH SEJARA PERADABAN ISLAM
DOSEN PEMBIMBING :
PATTALING,M.Sos.I
DISUSUN
O
L
E
H
YULIA SHAFIRA KALUKU
NURHALIMAH RUIBA
PRODI KOMUNIKASI
FAKULTAS USHULLUDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
T.A 2014/2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………...2
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………...3
1.1. Latar
belakang………………………………………………………………………………..3
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………………….3
II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….4
2.1 Situasi dan kondisi
kerajaan-kerajaan islam di Indonesia ketika Belanda datang……………4
2.2 Latar elakang
kedatangan Belanda,VOC,Hindia Belanda…..……………………………….5
2.3 Penetrasi politik Belanda…………………………………………………………………….6
2.4 Perlawanan
terhadap penjajahan Belanda……………………………………………….......7
2.5
Politik islam Hindia Belanda……………………………………………………………….10
III. PENUTUP…………………………………………………………………………………...11
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..11
IV. DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................12
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah peradaban islam merupakan sebuah masa dimana
beberapa bangsa pernah memilikinya, akan tetapi masih banyak masyarakat kita
yang tidak mengetahui hal tersebut. Dikalangan pelajar ini merupakan kewajiban
yang harus diketahui dan dikaji lebih dalam lagi. Semoga dengan makalah ini
dapat memudahkan para pelajar untuk memgkaji lebih mudah.
1.2 Rumusan masalah
Ø
Situasi
dan kondisi kerajaan-kerajaan islam di Indonesia ketika Belanda datang
Ø
Latar
belakang kedatangan Belanda,VOC,Hindia Belanda
Ø
Penetrasi
politik Belanda
Ø
Perlawanan
terhadap penjajahan Belanda
Ø
Politik
islam Hindia Belanda
PEMBAHASAN
2.1
Situasi dan kondisi kerajaan-kerajaan islam di
Indonesia ketika belanda datang
Keadaan kerajaan-kerjaan islam menjelang datangnya Belanda di akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 ke Indonesia berbeda-beda,
bukan hanya berkenan dengan kemajuan politik, juga proses islamisasinya di
Sumatra, penduduk sudah islam sekitar TIGA ABAD, sementara Maluku dan Sulawesi
proses islamisasi baru saja berlangsung.
Ketika itu aceh memang sedang berada pada masa kejayaannya
dibawah sultan iskandar muda. Setealh wafatnya kejayaan tersebut diambil aloih
sultan iskandar tsani. Tapi setelah wafatnya juga pada 15 febreuari 1641. Dan
setelah itu aceh mulai mengalami kemunduran, dan daerah-daerah yang dulu berada
dibawah kekuasaannya kini memerdekakan diri. Meski sudah jauh menurun aceh
masih bertahan lama menkmati kedaulatan intervensi kekuasaan asing. Padahal
kerajaan-kerajaan islam lainnya, seperti minanngkabau, jambi, riau, dan
Palembang, tidak demikian. Di jawa, pusat kerajaan islam sudah pindah dari pesisir ke p-edalaman,
yaitu dari demak ke pajang kemudian ke mataram. Berpindahnya pusat pemerintahan
itu membawa pengaruh besar yang sangat menentukan perkembangan sejarah islam di
jawa yang ketika itu di bawah sultan agung.
Sementara itu, di Banten di pantai jawa barat muncul sebagai simpul pentig antara lain karena
perdagangan ladanya dan tempat penampungan pelarian dari pesisir jawa tengahdan
jawa timur. Di samping itu, banten juga menarik perdagangan lada dari indrapura,
lampung dan Palembang. Merosotnya peran pelabuhan-pelabuhan jawa timur akibat
politik mataram dan munculnya Makassar sebagai pusat perdagangan membuat
jaringan perdagangan dan rute pelayaran dagang Indonesia bergeser. Di Sulawesi,
pada akhir abad ke-16, pelabuhan Makassar berkembang dengan pesat. Letaknya
memang strategis yaitu tempat persinggahan ke Maluku, philifina, cina, patani,
kepulauan nusantara tenggara, dan kepulauan Indonesia bagian barat. Akan
tetapi, ada factor-faktor historys lain yang mempercepat perkembangan itu.
sementara itu, Maluku, banda, seram, dan ambon sebagai pangkal atau ujung
perdagangan rempah-rempah menjadi sasaran pedagang barat yang ingin
mengiuasainya dengan politik monopolinya. Ternate dan tidore dapat terus dan
berhasilk mengelakkan dominasi total dari portugis dan spanyaol . namun, ia
mendapat ancaman dari belanda yang datang kesana.
2.2
Latar belakang kedatangan Belanda, VOC, hindia Belanda
Tujuan belanda datang ke Indonesia, pertama-tama
adalah untuk mengembangkan usaha perdagangan, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal harganya di
Eropa. Perseroan Amsterdam mengirim armada kapal daganggnya yang pertama ke
Indonesia tahun 1595. Dan melihat dari hasil perseroan Amsterdam itu, banyak
perseroan lain berdiri yang juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia.
Pada bulan maret 1602 perseroan-perseroan itu bergabung dan disahkan oleh
staten-general republic dengan suatu piagam yang memberi hak khusus kepada perseroan gabungan tersebut untuk berdagang, berlayar,
dan memegang kekuasaan di kawasan antara tanjung harapan dan kepulauan Solomon,
termasuk kepulauan nusantara. Perseroan itu bernama VOC (vereenigde oost
indische compagnie).
Dalam pelayaran pertama, VOC sudah mencapai Banten dan selat bali. Pada pelayaran kedua, mereka
sampai ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. dalam angkatan ketiga mereka
sudah terlibat perang melawan portugis di Ambon, tetapi gagal. Dan mereka kali ini sudah berhasil mencapai tahap
keempat, membuat kontrak mengenai jual beli rempah-rempah. juga mereka berhasil
membuka perdagangan dengan Banten, dan Ternate, tetapi mereka gagal merebut benteng Portugis di Tidore.
Pada tahun 1798, VOC dibubarkan dengan saldo kerugian.
Sebelumnya, pada 1795 izin operasinya dicabut. Kemunduran, kebangkrutan dan dibubarkannya
VOC disebabkan oleh berbagai factor.
1. Pembukuan
yang curang
2. Pegawai yang
tidak cakap dan korup
3. Hutang besar
4. System
monopoli paksa dalam pengumpulan bahan-bahan/hasil tanaman penduduk.
Dengan bubarnya VOC pada pergantian abad ke-18 secara
resmi Indonesia pindah ketangan pemerintah Belanda hingga berlangsung sampai tahun1942, dan hanya di interupsi oleh
pemerintah Inggris selama beberapa tahun 1811-1816.
2.3
Penetrasi politik belanda
Sejak awal belanda melihat bahwa dalam jaringan
perdagangan di Indonesia bagian barat, kedudukan Malaka, johor, dan Banten adalah sangat penting. Mereka berpendapat,
pelabuhan-pelabuhan itu harus di kuasai. Dengan cara awal memilih Jakarta
daerah yang paling lemah, sebagai basis kegiatannya. Dengan beberapa banmtuan Belanda kepada kerajaan Mataram
menjadikan posisi belanda berpeluang untuk ekspansif. dan dengan prinsip Belanda. Bantuan dari kami harus dibayar dengan wilayah
dan konsesi dagang.
Penetrasi Belanda
dalam dunia politik seringkali justru diundang oleh konflik-konflik internal
suatu kerajaan atrau konflik kerajaan di Indonesia. Seperti, Portugis yang memperoleh lada dari Banten dan Banten yang mendapatkan pakaian dari Portugis.
Namun ketika Ambon dan banda diblokade Belanda, perdagangan rempah-rempah beralih ke Makassar. Padahal permintaan
pakaiaan sangat terbatas. Di Sulawesi, gowa-tallo melakukan ekspedesi ke
daerah-daerah sekitar. Terutama dalam rangka mengbhadapi ekspansi belanda yang
mulai besar disana. Gowa=tallo melakukan ekspedisi ke Buton, Solor, Sumbawa, Ende, Bima tahun 1626.
Penetrasi politik Belanda juga terjadi di kerajaan Banjarmasin, Belanda pertama kali datang ke kerajaan ini pada awal abad ke-17. Mereka
dengan susah payah mendapatkan izin untuk berdagang, karena dipandang merugikan
pedagang Banjar sendiri. Tapi dengan pendekatannya pada Sultan Tahlilliah dan pada tahun 1734 mereka berhasil
mengadakan perjanjian dengan mendapatkan fasilitas perdagangan di kerajaan
itu.
Di Sumatera,
kecuali kerajaan Aceh, kerajaan-kerajaan islam dengan cepat jatuh
kebawah kekuasaan Belanda. Setelah malaka mengalahkan Portugis, Jambi menjadi pelabuhan penting, sebagaimana halnya Aceh. Karena Aceh berusaha melakukan ekspansi ke daerah-daerah lain,
terbentuklah aliansi antara Jambi, Johor, Palembang dan Banten.
Panetrasi VOC di Minangkabau di jalankan dengan menggunakan berbagai strategi sejak tahun 1663.
Panglima Aceh yang berkedudukan di Minangkabau dan raja Minangkabau
diberi kredit dalam transaksinya. VOC menuntut jabatan wali negara ditempatkan
disana dan secara defakto berarti kekuasaan ada di tangan VOC. Mungkin hanya Aceh yang menikmati kemerdekaannya sampai pertengahan abad ke-19. Selain
daripadanya sudah berada dibawah kekuasaan Belanda. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa usaha mengadakan perlawanan
untuk membebaskan diri dari pengaruh Belanda
tidaka ada.
2.4 Perlawanan terhadap penjajahan Belanda
a. Perang Patimura / Perang Maluku (1817)
Sebab terjadinya perang Maluku adalah
1) Penindasan Belanda terhadap rakyat
Maluku
2) Kegelisahan rakyat Maluku terhadap
Belanda yang diduga membebani rakyat dengan berbagi pihak
3) Pendudukan Belanda atas bentang
Duurtstede di Saparua
Dalam perjuangan Pattimura yang dikenal dengan Thomas
Maltullessy dibantu Thomas Pattiwael,Anthonie Rheboak,Said Parintah,Latumahina
dan Christina Marta Tiahahu. Akan tetapi perjuangan Pattimura mengalami
kegagalan. Tertangkapnya para pemimpin perjuangan rakyat Maluku perlawanan
menjadi melemah dan akhirnya dapat dikuasai oleh Belanda.
b. Perang Diponegoro (1825-1830)
Sebab-sebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan
pemerintah kolonial Belanda antara lain :
1) Belanda turut campur dalam urusan
keraton
2) Penderitaan rakyat akibat
perlakuan pemerintahaan kolonial Belanda yang sewenang- wenang
3) Kebencian kalangan istana karena
Belanda semakin mempersempit wilayah kerajaan
4) Kekecewaan kaum ulama
terhadap sikap orang-orang Belanda yang merendahkan
Adapun penyebab khusus terjadinya perang Diponegoro
adalah pemasangan tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang melalui makan
leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin lebih dahulu. Dalam perjuangan Pangeran Diponegoro antara lain dibantu Kyai Mojo,Sentot
Prawirodirjo,dan Noto Projo menggunakan siasat gerilya.
Untuk menghadapi perang Diponegoro Belanda menerapkan
sistem benteng stelsel,dengan tujuan adalah :
1) Mempersempit ruang gerak
Pangeran Diponegoro
2) Memecah belah pasukan
Diponegoro
3) Menekan pertahanan Diponegoro agar cepat
menyerah
Adanya benteng stelsel menyebabkan kedudukan Pangeran
Diponegoro menjadi terdesak. Tokoh-tokoh pemimpin pasukan Diponegoro
satu-persatu ditangkap Belanda. Bahkan Pangeran Diponegoro juga ditangkap
Belanda dalam perundingan tanggal 18 Maret 1830. Pangeran Diponegoro kemudian
diasingkan di Makassar hingga wafat tanggal 8 Januari 1855.
c. Perang Paderi (1821-1837)
Penyebab perang Paderi di Minangkabau Sumatera Barat
adalah :
1) Pertentangan antara kaum Adat dan
kaum Paderi yang berusaha menegakkan agama Islam dari tidakan-tindakan yang
menyimpang dari ajaran Islam
2) Belanda turut campur dalam pertentangan
kaum Adat dan kaum Paderi dengan cara membantu kaum Adat.
d. Perang Bali (1846-1863)
Penyebab terjadinya Perang Bali melawan pemerintah
Belanda adalah :
1) Belanda menuntut kerajaan-kerajaan
di Bali mengakui kekuasaan pemerintah kolonial Belanda
2) Belanda menolak Hukum Tawan Karang
,yaitu hak raja-raja Bali merampas semua kapal asing yang terdampar di wilayah
kerajaanya
3) Kerajaan-kerajaan di Bali menolak
tunduk kepada pemerintah Belanda
e. Perang Banjar (1859-1863)
Penyebab terjadinya perang Banjar melawan kolonial
Belanda adalah :
1) Penangkapan Prabu Anom yang
terkenal menentang VOC
2) Belanda campur tangan dalam urusan
kerajaan Banjar dengan mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai raja Banjar
menggantikan Sultan Adam.
Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dipimpin
oleh Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat yang dibantu Kyai Demang Leman,Haji
Buyasin,dan Haji Nasrun. Akan tetapi perlawanan rakyat Banjar semakin lemah
setelah tokoh-tokoh pemimpin Banjar ditangkap Belanda. Akibatnya Banjar menjadi
wilayah kekuasaan Belanda.
f. Perang Aceh
(1873-1904)
Penyebab terjadinya perang Aceh melawan pemerintah
kolonial Belanda adalah :
1) Belanda menuntut Aceh mengakui kekuasaan
pemerintah Kolonial Hindia-Belanda
2) Belanda turut campur dalam urusan
luar negeri Aceh
Ditandatanganinya Traktat Sumatera tahun 1871 yang
memberikan kebebasan Belanda memperluas kekuasaan ke Sumatera termasuk Aceh.
Pemimpin perjuangan melawan Belanda antara lain : Teuku Umar,Teuku Cik Di
Tiro,Panglima Polim,Cuk Nyak Dien,dan Cuk Meutia.
Meskipun perang sudah berlangsung lama Belanda belum
sepenuhnya menguasai Aceh. Oleh karena itu Belanda mengirim Dr.Snouck Hurgronje
untuk meneliti kehidupan sosial budaya Aceh. Dr. Snouck Hurgronje dalam bukunya
De Atjeher menyarankan kepada pemerintah Belanda harus melakukan serangan
besar-besaran dalam menghadapi perang Aceh.
Pada tahun 1899 pasukan Belanda (Pasukan Marsose) yang
dipimpin kolonel Van Heutz menyerang Aceh secara besar-besaran sehingga para
pemimpin Aceh satu-persatu gugur dan tertangkap. Akhirnya Sultan Muhammad Daud
Syah dipaksa menandatangani perjanjian tersebut Aceh harus tunduk pada
pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.
g. Gerakan Protes Petani
Perjuangan rakyat Indonesia melawan Kolonial Belanda
tidak hanya dilakukan dalam bentuk perang, tetapi juga dalam bentuk gerakan
protes petani. Gerakan protes petani adalah gerakan yang dilakukan para petani
sebagai ungkapan protes kebijakan pemerintah kolonial.
Faktor-faktor pendorong timbulnya gerakan
protes petani antara lain :
1) Kebencian para petani,adanya
pemberlakuan berbagai pajak yang memberatkan
2) Para pengusaha bertindak
sewenang-wenang
3) Adanya praktek penindasan dan
perbudakan
4) Adanya keyakinan datangnya ratu
adil yang akan embebaskan mereka.
Gerakan protes petani,misalnya :
1) Di Ciamis 1886 dipimpin oleh
Mohammad Idris
2) Di Condet
1912 dipimpin oleh Entong Gendut
3) Di
Surabaya 1916 dipimpin oleh Sadikin.
2.5 Politik
islam hindia belanda
Berdasarkan analisanya, islam dapat dibagi menjadi dua
bagian, yang satu islam religious, dan yang lain islam politik. Terhadap
masalah agama, pemertintah belanda disarankan bersikap toleran yang dijabarkan
didalam sikap netral terhadap kehidupan keagamaan. Toleransi terhadapnya
merupakan suatu syrat mutlak demi ketenangan dan stabilitas.akan tetapi islam
politik harus selalu dicurigai dan diteliti dari mana datangnya, terutama yang
dipengaruhi gagasan pan-islam.
Politik islam hindia Belanda adalah Mendirikan sekolah
dan menyekolahkan kaum pribumi dengan terkhusus kepada kaum bangsawan. Setelah
melakukan studinya barulah ditarik ke arah westernisasi. Dalam pandangan snouck
hurgronje, Indonesia harus melangkah ke-arah dunia modern. Sehingga secara
perlahan Indonesia menjadi bagian dari dunia modern itu. juga para lulusan
sekolah ini diharapkan menjadio partner dalam kehidupan social dan
budaya HIndia Belanda.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun
1596-1811,dan yang kedua kalinya pada tahun 1814-1904. Tujuan kedatangan
Belanda ke Indonesia adalah untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di
Indonesia. Dan untuk melancarkan usahanya, Belanda menempuh beberapa cara yaitu
membentuk VOC pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda. Setelah masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan
kebudayaan dan kebijakan-kebijakan yang sebagian masih di pakai oleh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model
Pengantar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Wardono, Agus, 2006, Sejarah, Klaten, Viva Pakarindo
, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar,
Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gunakan bahasa yang sopan..