Minggu, 15 November 2015

makalah kerajaan-kerajaan islam pada zaman penjajahan belanda oleh yulia safira kaluku



MAKALAH
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
DIPRESENTASIKAN DALAM DISKUSI KELAS
MATA KULIAH SEJARA PERADABAN ISLAM
DOSEN PEMBIMBING :
PATTALING,M.Sos.I
Logo-IAIN-Sultan-Amai-Gorontalo.jpg
DISUSUN
O
L
E
H
YULIA SHAFIRA KALUKU
NURHALIMAH RUIBA
PRODI KOMUNIKASI
FAKULTAS USHULLUDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
T.A 2014/2015



DAFTAR ISI


   DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………...2

I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………...3

1.1. Latar belakang………………………………………………………………………………..3

1.2  Rumusan masalah…………………………………………………………………………….3

II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….4

2.1 Situasi dan kondisi kerajaan-kerajaan islam di Indonesia ketika Belanda datang……………4

2.2  Latar elakang kedatangan Belanda,VOC,Hindia Belanda..……………………………….5

2.3  Penetrasi politik Belanda…………………………………………………………………….6

2.4  Perlawanan terhadap penjajahan Belanda……………………………………………….......7

2.5  Politik islam Hindia Belanda……………………………………………………………….10

III. PENUTUP…………………………………………………………………………………...11

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..11

IV. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12




















PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah peradaban islam merupakan sebuah masa dimana beberapa bangsa pernah memilikinya, akan tetapi masih banyak masyarakat kita yang tidak mengetahui hal tersebut. Dikalangan pelajar ini merupakan kewajiban yang harus diketahui dan dikaji lebih dalam lagi. Semoga dengan makalah ini dapat memudahkan para pelajar untuk memgkaji lebih mudah.


1.2   Rumusan masalah

Ø  Situasi dan kondisi kerajaan-kerajaan islam di Indonesia ketika Belanda datang
Ø  Latar belakang kedatangan Belanda,VOC,Hindia Belanda
Ø  Penetrasi politik Belanda
Ø  Perlawanan terhadap penjajahan Belanda
Ø  Politik islam Hindia Belanda









PEMBAHASAN
2.1     Situasi dan kondisi kerajaan-kerajaan islam di Indonesia ketika belanda datang   
Keadaan kerajaan-kerjaan islam menjelang datangnya Belanda di akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 ke Indonesia berbeda-beda, bukan hanya berkenan dengan kemajuan politik, juga proses islamisasinya di Sumatra, penduduk sudah islam sekitar TIGA ABAD, sementara Maluku dan Sulawesi proses islamisasi baru saja berlangsung.
Ketika itu aceh memang sedang berada pada masa kejayaannya dibawah sultan iskandar muda. Setealh wafatnya kejayaan tersebut diambil aloih sultan iskandar tsani. Tapi setelah wafatnya juga pada 15 febreuari 1641. Dan setelah itu aceh mulai mengalami kemunduran, dan daerah-daerah yang dulu berada dibawah kekuasaannya kini memerdekakan diri. Meski sudah jauh menurun aceh masih bertahan lama menkmati kedaulatan intervensi kekuasaan asing. Padahal kerajaan-kerajaan islam lainnya, seperti minanngkabau, jambi, riau, dan Palembang, tidak demikian. Di jawa, pusat kerajaan islam sudah pindah dari pesisir ke p-edalaman, yaitu dari demak ke pajang kemudian ke mataram. Berpindahnya pusat pemerintahan itu membawa pengaruh besar yang sangat menentukan perkembangan sejarah islam di jawa yang ketika itu di bawah sultan agung.
Sementara itu, di Banten di pantai jawa barat muncul sebagai simpul pentig antara lain karena perdagangan ladanya dan tempat penampungan pelarian dari pesisir jawa tengahdan jawa timur. Di samping itu, banten juga menarik perdagangan lada dari indrapura, lampung dan Palembang. Merosotnya peran pelabuhan-pelabuhan jawa timur akibat politik mataram dan munculnya Makassar sebagai pusat perdagangan membuat jaringan perdagangan dan rute pelayaran dagang Indonesia bergeser. Di Sulawesi, pada akhir abad ke-16, pelabuhan Makassar berkembang dengan pesat. Letaknya memang strategis yaitu tempat persinggahan ke Maluku, philifina, cina, patani, kepulauan nusantara tenggara, dan kepulauan Indonesia bagian barat. Akan tetapi, ada factor-faktor historys lain yang mempercepat perkembangan itu. sementara itu, Maluku, banda, seram, dan ambon sebagai pangkal atau ujung perdagangan rempah-rempah menjadi sasaran pedagang barat yang ingin mengiuasainya dengan politik monopolinya. Ternate dan tidore dapat terus dan berhasilk mengelakkan dominasi total dari portugis dan spanyaol . namun, ia mendapat ancaman dari belanda yang datang kesana.

2.2     Latar belakang kedatangan Belanda, VOC, hindia Belanda
Tujuan belanda datang ke Indonesia, pertama-tama adalah untuk mengembangkan usaha perdagangan, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa. Perseroan Amsterdam mengirim armada kapal daganggnya yang pertama ke Indonesia tahun 1595. Dan melihat dari hasil perseroan Amsterdam itu, banyak perseroan lain berdiri yang juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia. Pada bulan maret 1602 perseroan-perseroan itu bergabung dan disahkan oleh staten-general republic dengan suatu piagam yang memberi hak khusus kepada perseroan gabungan tersebut untuk berdagang, berlayar, dan memegang kekuasaan di kawasan antara tanjung harapan dan kepulauan Solomon, termasuk kepulauan nusantara. Perseroan itu bernama VOC (vereenigde oost indische compagnie).
Dalam pelayaran pertama, VOC sudah mencapai Banten dan selat bali. Pada pelayaran kedua, mereka sampai ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. dalam angkatan ketiga mereka sudah terlibat perang melawan portugis di Ambon, tetapi gagal. Dan mereka kali ini sudah berhasil mencapai tahap keempat, membuat kontrak mengenai jual beli rempah-rempah. juga mereka berhasil membuka perdagangan dengan Banten, dan Ternate, tetapi mereka gagal merebut benteng Portugis di Tidore. 
Pada tahun 1798, VOC dibubarkan dengan saldo kerugian. Sebelumnya, pada 1795 izin operasinya dicabut. Kemunduran, kebangkrutan dan dibubarkannya VOC disebabkan oleh berbagai factor. 
1.  Pembukuan yang curang
2.  Pegawai yang tidak cakap dan korup
3.  Hutang besar
4.  System monopoli paksa dalam pengumpulan bahan-bahan/hasil tanaman penduduk.
Dengan bubarnya VOC pada pergantian abad ke-18 secara resmi Indonesia pindah ketangan pemerintah Belanda hingga berlangsung sampai tahun1942, dan hanya di interupsi oleh pemerintah Inggris selama beberapa tahun 1811-1816.


2.3    Penetrasi politik belanda
Sejak awal belanda melihat bahwa dalam jaringan perdagangan di Indonesia bagian barat, kedudukan Malaka, johor, dan Banten adalah sangat penting. Mereka berpendapat, pelabuhan-pelabuhan itu harus di kuasai. Dengan cara awal memilih Jakarta daerah yang paling lemah, sebagai basis kegiatannya. Dengan beberapa banmtuan Belanda kepada kerajaan Mataram menjadikan posisi belanda berpeluang untuk ekspansif. dan dengan prinsip Belanda. Bantuan dari kami harus dibayar dengan wilayah dan konsesi dagang.
Penetrasi Belanda dalam dunia politik seringkali justru diundang oleh konflik-konflik internal suatu kerajaan atrau konflik kerajaan di Indonesia. Seperti, Portugis yang memperoleh lada dari Banten dan Banten yang mendapatkan pakaian dari Portugis. Namun ketika Ambon dan banda diblokade Belanda, perdagangan rempah-rempah beralih ke Makassar. Padahal permintaan pakaiaan sangat terbatas. Di Sulawesi, gowa-tallo melakukan ekspedesi ke daerah-daerah sekitar. Terutama dalam rangka mengbhadapi ekspansi belanda yang mulai besar disana. Gowa=tallo melakukan ekspedisi ke Buton, Solor, Sumbawa, Ende, Bima tahun 1626.
Penetrasi politik Belanda juga terjadi di kerajaan Banjarmasin, Belanda pertama kali datang ke kerajaan ini pada awal abad ke-17. Mereka dengan susah payah mendapatkan izin untuk berdagang, karena dipandang merugikan pedagang Banjar sendiri. Tapi dengan pendekatannya  pada Sultan Tahlilliah dan pada tahun 1734 mereka berhasil mengadakan perjanjian dengan mendapatkan fasilitas perdagangan di kerajaan itu. 
Di Sumatera, kecuali kerajaan Aceh, kerajaan-kerajaan islam dengan cepat jatuh kebawah kekuasaan Belanda. Setelah malaka mengalahkan Portugis, Jambi menjadi pelabuhan penting, sebagaimana halnya Aceh. Karena Aceh berusaha melakukan ekspansi ke daerah-daerah lain, terbentuklah aliansi antara Jambi, Johor, Palembang dan Banten.
Panetrasi VOC di Minangkabau di jalankan dengan menggunakan berbagai strategi sejak tahun 1663. Panglima Aceh yang berkedudukan di Minangkabau dan raja Minangkabau diberi kredit dalam transaksinya. VOC menuntut jabatan wali negara ditempatkan disana dan secara  defakto berarti kekuasaan ada di tangan VOC. Mungkin hanya Aceh yang menikmati kemerdekaannya sampai pertengahan abad ke-19. Selain daripadanya sudah berada dibawah kekuasaan Belanda. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa usaha mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri dari pengaruh Belanda tidaka ada. 
2.4  Perlawanan terhadap penjajahan Belanda
a. Perang Patimura / Perang Maluku (1817)
Sebab terjadinya perang Maluku adalah
1)   Penindasan Belanda terhadap rakyat Maluku
2)   Kegelisahan rakyat Maluku terhadap Belanda yang diduga membebani rakyat dengan berbagi pihak
3)   Pendudukan Belanda atas bentang Duurtstede di Saparua
Dalam perjuangan Pattimura yang dikenal dengan Thomas Maltullessy dibantu Thomas Pattiwael,Anthonie Rheboak,Said Parintah,Latumahina dan Christina Marta Tiahahu. Akan tetapi perjuangan Pattimura mengalami kegagalan. Tertangkapnya para pemimpin perjuangan rakyat Maluku perlawanan menjadi melemah dan akhirnya dapat dikuasai oleh Belanda.
b. Perang Diponegoro (1825-1830)
Sebab-sebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda antara lain :
       1)   Belanda turut campur dalam urusan keraton
       2)   Penderitaan rakyat akibat perlakuan pemerintahaan kolonial Belanda yang sewenang-       wenang                           
       3)   Kebencian kalangan istana karena Belanda semakin mempersempit wilayah kerajaan
       4)    Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap orang-orang Belanda yang merendahkan
Adapun penyebab khusus terjadinya perang Diponegoro adalah pemasangan tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang melalui makan leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin lebih dahulu. Dalam perjuangan Pangeran Diponegoro antara lain dibantu Kyai Mojo,Sentot Prawirodirjo,dan Noto Projo menggunakan siasat gerilya.
Untuk menghadapi perang Diponegoro Belanda menerapkan sistem benteng stelsel,dengan tujuan adalah :
        1)    Mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro
        2)    Memecah belah pasukan Diponegoro
3)  Menekan pertahanan Diponegoro agar cepat menyerah
Adanya benteng stelsel menyebabkan kedudukan Pangeran Diponegoro menjadi terdesak. Tokoh-tokoh pemimpin pasukan Diponegoro satu-persatu ditangkap Belanda. Bahkan Pangeran Diponegoro juga ditangkap Belanda dalam perundingan tanggal 18 Maret 1830. Pangeran Diponegoro kemudian diasingkan di Makassar hingga wafat tanggal 8 Januari 1855.
   c. Perang Paderi (1821-1837)
Penyebab perang Paderi di Minangkabau Sumatera Barat adalah :
1)   Pertentangan antara kaum Adat dan kaum Paderi yang berusaha menegakkan agama Islam dari tidakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam
2)  Belanda turut campur dalam pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi dengan cara membantu kaum Adat.
d.  Perang Bali (1846-1863)
Penyebab terjadinya Perang Bali melawan pemerintah Belanda adalah :
1)   Belanda menuntut kerajaan-kerajaan di Bali mengakui kekuasaan pemerintah kolonial Belanda
2)   Belanda menolak Hukum Tawan Karang ,yaitu hak raja-raja Bali merampas semua kapal asing yang terdampar di wilayah kerajaanya
3)   Kerajaan-kerajaan di Bali menolak tunduk kepada pemerintah Belanda
e.  Perang Banjar (1859-1863)
Penyebab terjadinya perang Banjar melawan kolonial Belanda adalah :
1)   Penangkapan Prabu Anom yang terkenal menentang VOC
2)   Belanda campur tangan dalam urusan kerajaan Banjar dengan mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai raja Banjar menggantikan Sultan Adam.
Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat yang dibantu Kyai Demang Leman,Haji Buyasin,dan Haji Nasrun. Akan tetapi perlawanan rakyat Banjar semakin lemah setelah tokoh-tokoh pemimpin Banjar ditangkap Belanda. Akibatnya Banjar menjadi wilayah kekuasaan Belanda.
f.  Perang Aceh (1873-1904)
Penyebab terjadinya perang Aceh melawan pemerintah kolonial Belanda adalah :
1)  Belanda menuntut Aceh mengakui kekuasaan pemerintah Kolonial Hindia-Belanda
2)   Belanda turut campur dalam urusan luar negeri Aceh
Ditandatanganinya Traktat Sumatera tahun 1871 yang memberikan kebebasan Belanda memperluas kekuasaan ke Sumatera termasuk Aceh. Pemimpin perjuangan melawan Belanda antara lain : Teuku Umar,Teuku Cik Di Tiro,Panglima Polim,Cuk Nyak Dien,dan Cuk Meutia.
Meskipun perang sudah berlangsung lama Belanda belum sepenuhnya menguasai Aceh. Oleh karena itu Belanda mengirim Dr.Snouck Hurgronje untuk meneliti kehidupan sosial budaya Aceh. Dr. Snouck Hurgronje dalam bukunya De Atjeher menyarankan kepada pemerintah Belanda harus melakukan serangan besar-besaran dalam menghadapi perang Aceh.
Pada tahun 1899 pasukan Belanda (Pasukan Marsose) yang dipimpin kolonel Van Heutz menyerang Aceh secara besar-besaran sehingga para pemimpin Aceh satu-persatu gugur dan tertangkap. Akhirnya Sultan Muhammad Daud Syah dipaksa menandatangani perjanjian tersebut Aceh harus tunduk pada pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.
g.  Gerakan Protes Petani
Perjuangan rakyat Indonesia melawan Kolonial Belanda tidak hanya dilakukan dalam bentuk perang, tetapi juga dalam bentuk gerakan protes petani. Gerakan protes petani adalah gerakan yang dilakukan para petani sebagai ungkapan protes kebijakan pemerintah kolonial.
Faktor-faktor  pendorong timbulnya gerakan protes petani antara lain :
1)   Kebencian para petani,adanya pemberlakuan berbagai pajak yang memberatkan
2)   Para pengusaha bertindak sewenang-wenang
3)   Adanya praktek penindasan dan perbudakan
4)   Adanya keyakinan datangnya ratu adil yang akan embebaskan mereka.
   Gerakan protes petani,misalnya :
         1)   Di Ciamis 1886 dipimpin oleh Mohammad Idris
        2)    Di Condet 1912 dipimpin oleh Entong Gendut
        3)    Di Surabaya 1916 dipimpin oleh Sadikin.
      2.5  Politik islam hindia belanda
Berdasarkan analisanya, islam dapat dibagi menjadi dua bagian, yang satu islam religious, dan yang lain islam politik. Terhadap masalah agama, pemertintah belanda disarankan bersikap toleran yang dijabarkan didalam sikap netral terhadap kehidupan keagamaan. Toleransi terhadapnya merupakan suatu syrat mutlak demi ketenangan dan stabilitas.akan tetapi islam politik harus selalu dicurigai dan diteliti dari mana datangnya, terutama yang dipengaruhi gagasan pan-islam. 
Politik islam hindia Belanda adalah Mendirikan sekolah dan menyekolahkan kaum pribumi dengan terkhusus kepada kaum bangsawan. Setelah melakukan studinya barulah ditarik ke arah westernisasi. Dalam pandangan snouck hurgronje, Indonesia harus melangkah ke-arah dunia modern. Sehingga secara perlahan Indonesia menjadi bagian dari dunia modern itu. juga para lulusan sekolah ini  diharapkan menjadio partner dalam kehidupan social dan budaya HIndia Belanda.   



PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596-1811,dan yang kedua kalinya pada tahun 1814-1904. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk melancarkan usahanya, Belanda menempuh beberapa cara yaitu membentuk VOC pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Setelah masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan kebudayaan dan kebijakan-kebijakan yang sebagian masih di pakai oleh Indonesia.















DAFTAR PUSTAKA

Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wardono, Agus, 2006, Sejarah, Klaten, Viva Pakarindo
, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gunakan bahasa yang sopan..

Makalah sosiologi komunikasi- paradigma keilmuan dan teori komunikasi

SOSIOLOGI KOMUNIKASI : PARADIGMA KEILMUAN DAN TEORI KOMUNIKASI DISUSUN OLEH : RAHMAT ABAS MOHAMAD RIFAI DJ RAUF ERWI...