MakalahBahasa Indonesia
KALIMAT EFEKTIF
DISUSUN OLEH :
1 RAHMAT ABAS
2 ERWIN SUPRIYANTO
3 MOHAMAD RIFAI RAUF
4 HETNI DEWI SITRA PAPUTUNGAN
5 MERLINDA DAI
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN
ISLAM
FAKULTAS USHULDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN AJARAN 2013-2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,syukur kepada allah
yang telah memberikan hidayahnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW,suri teladan yang telah membawa kita dari jaman kebodohan
kejaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan kali ini,dengan penuh
syukur kami mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpatisipasi dalam penyelesaian penelitian ini.Kemudian kepada
kedua orang tua saya atas segala doa dan harapan besar yang harus saya
pertanggung jawabkan. Saya merasa sangat berharga dengan semua itu sehingga
dengan penuh semangat bias menyelesaikan penyusunan penelitian ini.
Meskipun demikain, tidak ada manusia
yang sempurna. Oleh karena itu,segala kesalahan dan kekhilafan yang ada mohon
di malumi.
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR……………………………………………………….... 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………….......3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………….….…....4
BAB
II PEMBAHASAN……………………………….…………………...5
A.
Pengertian Kalimat Efektif…..………………………..…… ............................5
B.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif………………………….………...............................5
C.
Syarat-Syarat Kalimat Efektif………………………………...........................12
D.
Struktur Kalimat………………………………………………………………12
E.
Unsur-Unsur Kalimat…………………………………………………………13
BAB
IV PENUTUP……………………………………………………….....21
A.
Simpulan……………………………………………………...........................21
B.
Saran……………………………………….……............................................22
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………….....23
BAB I
PENDAHULUAN
Hal yang menyebabkan
kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting antara lain karena dengan
perantaraan kalimatlah sesorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara
lengkap dan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai ada
tataran kalimat adalah kata (mis. Tidak)
dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata an
frasa, tidak dapat mengugkapkan maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika
keduanya sedang berperan sebgai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan
baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian
ujaran yang mempunyai struktur miimal ubjek (S) dan predikat (P) dan
inntonsinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap engan makna. Intonasi
final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan titik, tanda tanya, atu
tand seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukan kalimat
bukanlah semata-semata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai
kesatuan bentuk.. lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus
megandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat
sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam
hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
B.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai
keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut,
yaitu adanya:
1.
Kesatuan
Yang dimaksud dengan
kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu
ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu
kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau
gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang
tidak mempunyai hubungan sama sekali ke dalam suatu kalimat.
a.
Contoh kalimat yangtidak jelas kesatuan gagasannya:
1)
Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi
kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).
2) Dalam
pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai kata depan
yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau).
3)
Berdasarkan genda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada
pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan).
b.
Contoh kaimat yang jelas kesatuan gagasannya:
1) Pihak
yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah
baru.
2)
Embangunan sangat berkaitan dengan politik.
3)
Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengaran kepada
pegawai baru.
2.
Kepaduan (koherensi)
Yang dimaksud koherensi
adalah hubungan yan padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk
unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tnda baca yang
membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
a.
Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1) Kepada setiap
pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak
mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
2) Saya
punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3) Tentang
kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak berkaitan
erat)
4) Yang
saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran daripada itu
proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa).
b.
Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
1)
Setiap penendra mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
2)
Rumah saya baru saja diperbaiki.
3)
Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
4)
Yang sudah sya sarankan kepada mereka adaah merevisi anggaran proyek itu.
3.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan
keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sam
derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam
kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian , unsur pertama menggunakan verba,
unsur kedua dan seterusnyajuga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk berikutnya juga harus nomina.
a.
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
1) Kegiatan
di perpustaakan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label.
2) Kakakmu
menjadi dosen atau pengusaha?
3)
Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya aya ucapkan terimma kasih.
4) Dalam
rapt itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu eningkatan mutu produk, memperbanyak
waktu penyiaran ikan dan pemasaran yang lebih gencar.
b.
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
1) Kegiatan
diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan pelabelan buku.
2) Kakakmu
sebagai dosen atau sebagai pengusaha?
3)
Demikianlag agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.
4) Dalam
rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk,
meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan pemasaran.
4.
Penekanan
Yang dimaksud dengan
penekanan adalah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian kalimat sehingga
berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai untuk
memberi perlakuan khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:
a. Dengan meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,
b. Dengan melakukan
pengulangan kata ( repetisi),
c. Denga melakukan pengontrasan kata kunci,
d. Dengan menggunakan
partikel/penegas.
Contoh penekanan dengan
menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat:
1) Pada
bulan Desember kita ujian akhis semester. (bukan akhir noember.
2) Kita
akan ujiian akhir semester pada bulan Deember. (bukan merreka)
3) Ujian
akhir semester kita tempuh pada bulan Deember. (bukn ujn tengah semester)
Contoh penekanan dengan
pengulangan kata:
1) Saya
senng melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah;
dan saya juga senang, melihat hasil seni ukir yang indah.
2)
Sudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak
suka dibodohi.
Contoh penekanan
dengan pengontrasan kata kunci:
1) Penduduk
desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat sementara, tetapi bantuan yang
bersifat permanen.
Contoh penekna dengn
menggunakan partikel penegas:
1) Hendak pulang
pun hari sudah gelap dan hujan pula.
2) Adakah yang
bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
5. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian kata yang tidak
perlu. Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas
arti kalimat. Hemat di sini berarti “ekonomis” tidak memakai kata-kata mubazir,
tidak mengulang-ulang subjek, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk
jamak. Dengan hemat kata-kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
a.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
1)
Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar
seharian dari pagi sampai petang.
2)
Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu
perundingan yang membicarakan perparkiran.
3)
Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan
direkturnya.
4)
Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan, Anda harus
belajar dengan sebaik-baiknya.
b.
Contoh kalimat yang hemat kata:
1)
Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
2)
Dalam pertemuan yang dihadiri Waki Gubernur DKI dilakukan perundingan tentang
perparkiran.
3)
Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.
4)
Agar Anda memperoleh nilai ujian yan memuaskan, belajarlah baik-baik.
6.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat masuk akal.
Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola piker yang sistematis
(runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang
sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan
frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau lemah dari
segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa
berikut ini:
a.
Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong anti air).
b.
Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan
tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).
c.
Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan,
lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci sehingga lemah
dari segi logika).
d. Kepaada
Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu
dipersilahkan)).
e.
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada
waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur
kepada Tuhan.
7.
Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok
dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara,
yaitu:
a.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
1)
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain.
2)
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
3)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
4)
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b.
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
1)
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
2)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c.
Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Cerita itu begitu
menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi
pintar.
e.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan
–kah.
Contoh:
1)
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
2)
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
C.
Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat
efektif adalah sebagai berikut:
1.
Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.
Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
D.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti.
Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus
kestuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak
menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus
diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan
kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.
Buat Papa menulis surat saya.
2.
Surat saya menulis buat Papa.
3.
Menuis saya surat buat Papa.
4.
Papa saya buat menulis surat.
5.
Saya Papa buat menulis surat.
6.
Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang
digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu
terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.
Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak
diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha
mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
E.
Unsur-Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang daam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabata kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu
subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam
suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.
Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa
atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu
kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai
P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a.
Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang tidur siang.
c.
Putrinya cantik jelita.
d. Kota
Jakarta dalam keadaan aman.
e.
Kucingku belang tiga.
f.
Robby mahasiswa baru.
g.
Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat
(c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat
(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.
Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.
Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal,
yaitu diawali dengan huruf kaital da diakhiri dengan tanda titik, namun di
dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban
atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dwngan antor di Jan
Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan
(c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
2.
Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek
biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.
Ayahku sedang melukis.
b.
Meja direktur besar.
c.
Yang berbaju batik dosen saya.
d.
Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.
Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi
oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata
yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat
fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c)
dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak
lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya
ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada
awa kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai
S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.
a.
Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.
Di sini melayani obat generic.
c.
Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c)
belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya
kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang
melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada
contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
3.
Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi
oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang
berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad
contoh di bawah ini.
a.
Nurul menimang …
b.
Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang,
merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat
itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat
O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi,
rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk
dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b.
Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat
aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh
kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a.
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk
Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b.
1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik
saya (S) ditipu oleh oran itu.
4.
Pelengkap
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina,
frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.
Ketua MPRmembacakanPancasila.
S
P O
b.
Banyak orpospolberlandaskanPancasila.
S
P Pel
Kedua kalimat aktif (a)
dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika
hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (a) yang menempatkan
Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
Pancasiladibacakan
olehketua MPR.
S
P
O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bias dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila dilandasi
oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan
frasa preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang
P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga
urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa
contoh pelengkap dalam kalimat.
a.
Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.
Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.
Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.
Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.
Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5.
Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket daam kalimat. Para ahli
membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti
yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN
CONTOH PEMAKAIANNYA
Jenis Keterangan
|
Posisi/Penghubung
|
Contoh Pemakaian
|
1.
Tempat
|
Di
ke
dari
(di) dalam
pada
|
di kamar, di kota
ke Medan, ke rumahnya
dari Manado, dari
sawah
(di) dalam rumah
pada saya, pada
permukaan
|
2.
Waktu
|
-
pada
dalam
se-
sebelum
sesdah
selama
sepanjang
|
sekarang, kemarin
pada pukul 5 hari ini
dalam 2 hari ini
sepulang dari kantor
sebelum pukul 12
sesudah makan
selama bekerja
sepanjang hari
|
3.
Alat
|
Dengan
|
dengan gunting,
dengan mobil
|
4.
Tujuan
|
Supaya
untuk
bagi
demi
|
supaya/agar kamu
pintar
untuk kemerdekaan
bagi masa depan
demi kekasihmu
|
5.
Cara
|
Secara
dengan cara
dengan jalan
|
secara hati-hati
dengan cara damai
dengan jalan
berunding
|
6.
Kesalingan
|
-
|
satu sama lain
|
7.
Similatif
|
Seperti
bagaikan
laksana
|
seperti angina
bagakan seorang dewi
laksana bintang di
langgit
|
8.
Penyebaban
|
Karena
sebab
|
karena perempuan itu
sebab kecerobohannya
|
9.
Penyerta
|
Dengan
bersama
beserta
|
dengan adiknya
bersama orang tuanya
beserta saudaranya
|
BAB
IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1.
Kesatuan
2.
Kepaduan
3.
Keparalelan
4.
Ketepatan
5.
Kehematan
6.
Kelogisan
7.
Ketegasan
Syarat-syarat kalimat
efektif adalah sebagai berikut:
1.
Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.
Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar
atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
Penyusunan kalimat
efektif, meliputi:
1.
Subjek
2.
Predikat
3.
Objek
4.
Pelengkap
5.
Keterangan
B.
Saran
1.
Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya
memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai
ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi komunikas
yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2.
Bagi calon pendidik
Para calon pendidik
sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam
makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi
kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3.
Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah
sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam
bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para
pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan –
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya
Daftar Pustaka
Finoza, Lamuddin. 2002..
Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat
Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian,
Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gunakan bahasa yang sopan..