Minggu, 27 Desember 2015

Observasi -Psokolgi Lansia oleh rano sampelan



LAPORAN HASIL OBSERVASI
 PADA LANSIA
Dosen Pengampu
Psikologi Perkembangan: ( ibu yunita taligancing )



Di Susun Oleh :

Rano. R. sampelan
Nim: 143022034
Kelas: kpi
Semester: 3


PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN 2015/2016



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Fenomena yang terjadi di kota besar saat ini, membuat sebagian masyarakat enggan untuk mengurus kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia. Akhirnya dengan gampang saja, mereka menitipkan kedua orang tuanya kepanti panti jompo disekitar. Alasan mereka sangat sederhana, akibat terlalu sibuk dipekerjaan sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengasuh orang tuanya. Mereka menitipkan orang tuanya dengan maksud supaya mendapatkan perawatan yang lebih dari setiap perawat ataupun pengurus panti yang merawatnya. Tak heran di kota-kota besar  yang padat dengan segala bentuk aktivitasnya berdiri panti-panti yang khusus mengurusi  lansia.

1.2  Identitas dan Permasalahan Subjek
Panti Jompo identik dengan tempat penampungan bagi orang yang sudah tua. Yang menjadi pertanyaan : kategori orang tua bagaimana sebenarnya yang layak ditampung oleh Panti Jompo?
·         Yang memang sebatang kara dan tidak punya sanak saudara yang bisa merawatnya.
·         Yang masih memiliki sanak saudara bahkan yang masih memiliki anak dan cucu tapi tidak mau bisa merawatnya.
Kita semua pasti setuju kalo orang tua tersebut layak ditempatkan di Panti Jompo dimana ada petugas atau sukarelawan yang bisa menemani dan merawat mereka melalui hari-hari tua mereka yang. Ada alasan mengapa sanak saudaranya tidak bisa merawat mereka apalagi yang masih mempunyai anak atau cucu.
 Seperti salah satu penghuni panti jompo tresna werdha budi sejahtera yang saya wawancarai ini yang berinisial :
·         Nama               :           Sumiati
·         Tempat lahir    :           Kediri
·         Umur               :           ± 70 tahun
·         Jenis kelamin   :           Perempuan
·         Agama             :           islam
·         Alamat asal     :           Kediri
·         Lama dipanti   :           15tahun



            Beliau dititipkan oleh majikannya kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena tak ada yang mengurusnya, menurut penuturan beliau kepada saya beliau tidak ingin berada dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan Selatan, orang tua dan saudara beliau sudah meninggal. Sejak umur 10 tahun beliau dan keluarga merantau ke Kalimantan Selatan, tetapi beberapa tahun kemudian orang tua beliau kembali ke Kediri bersama saudara-saudara beliau. Seumur hidup beliau hanya dihabiskan untuk mengabdi sebagai pembantu rumah tangga.

1.3   Tujuan Observasi
Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui kondisi fisik dan psikologis para lansia dalam perkembangan masa dewasa lanjut khususnya oma di kelurahan
Manfaat yang ingin dicapai dari diadakannya observasi ini adalah menambah wawasan dalam memenuhi tugas Psikologi Perkembangan mengenai perkembangan masa dewasa lanjut, dapat mengetahui bagaimana cara yang lebih baik dalam menangani para lansia, baik dari segi fisik maupun psikologisnya.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Identifikasi  Masalah
Ibu Sumiati adalah salah satu penghuni panti sosial tresna werdha budi sejahtera. Ibu Sumiati ini sudah renta sekali, beliau sudah tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang ada dipanti sosial ini karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi, penglihatanya pun sudah kabur, dan pendengarannya sudah tidak jelas.
Ketika saya mewancarai ibu Sumiati ini, ada beberapa hal yang saya dapatkan walau beliau kadang berbicaranya kadang ngelantur dan cara berbicara beliau seperti meluapkan emosi.
Beberapa hal yang saya peroleh dari beliau :
  • Sejak ditinggal keluarga beliau bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
  • Beliau dititipkan oleh majikannya kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena tak ada yang mengurusnya.
  • Beliau sebenarnya tidak ingin berada dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan Selatan, orang tua dan saudara beliau sudah meninggal. Sejak umur 10 tahun beliau dan keluarga merantau ke Kalimantan Selatan, tetapi beberapa tahun kemudian orang tua beliau kembali ke Kediri bersama saudara-saudara beliau. Seumur hidup beliau hanya dihabiskan untuk mengabdi sebagai pembantu rumah tangga.
  • Beliau merasa senang disini karena masih ada orang-orang yang rela merawat dan memperhatikan beliau.
  • Beliau menjalin hubungan kekerabatan baik sesama penghuni panti. Ini terlihat ketika beliau kelihatan akrab saat mengobrol sambil bersenda gurau.








2.2  Kajian Teori , Analisis Keseluruhan Aspek Terkait Psikologi Perkembangan
2.2.1  Kajian Teori/Tinjauan Pustaka
Masa Dewasa Lanjut
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu ke waktu yang penuh dengan manfaat. Apabila seseorang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu, maka ia akan sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang dan mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin.
Setiap individu pada masa dewasa akhir/lanjut mengalami apa yang disebut dengan penuaan. Penuaan di sini didefinisikan sebagai transformasi organisme manusia setelah usia kematangan fisik, sehingga probabilitas kelangsungan hidup menurun dan itu disertai dengan teraturnya transformasi atau perubahan dalam  penampilan, perilaku, pengalaman, dan peran sosial.
Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia seseorang, secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimiliknya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya, sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal, seperti kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen.
Tugas dan Karakteristik Perkembangan Pada Masa Usia Lanjut
Tugas perkembangan pada masa usia lanjut meliputi :
1.    Menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan kesehatan.
2.    Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga.
3.    Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
4.    Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia.
5.    Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
6.    Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
Karakteristik perkembangan pada masa usia lanjut :
1.    Karakteristik Perubahan Fisik
a.    Terjadi perubahan sel primer.
b.    Terjadi perubahan sel di otak.
c.    Terjadi perubahan di otak.
d.   Terjadi perubahan di jaringan.
e.    Terjadi perubahan di panca indera.
f.     Terjadi perubahan seksual.
g.    Terjadi perubahan bentuk tubuh, seperti daerah kepala, tubuh, dan persendian.
2.    karakteristik Perubahan Kognitif
a.    Terjadi perubahan belajar.
b.    Terjadi perubahan kreativitas.
c.    Terjadi perubahan ingatan.
d.   Terjadi perubahan mengenang.
e.    Terjadi perubahan pembendaharaan kata.
3.    karakteristik Perkembangan Sosioemosional
a.    Merupakan periode kemunduran fisik dan mental.
b.    Perubahan peran.
c.    Penyesuaian yang buruk.
d.   Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat.
e.    Perubahan minat

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Karakteristik
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan disebutkan dalam Teori Biologis yang dapat dibagi dalam :
1.    Teori genetik
2.    Teori non-genetik, seperti teori radikal bebas, teori cross-link, teori kekebalan, dan teori fisiologis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif pada masa usia lanjut :
1.    Kesehatan
2.    Status sosial
3.    Status ekonomi
4.    Tempat tinggal
5.    Seks
6.    Status pernikahan
7.    Nilai

Faktor-faktor yang mempengaruhi sosioemosional pada masa usia lanjut :
1.    Teori Pelepasan (disengagement theory)
Mengacu ke sebuah proses terelakkan, di mana banyak hubungan antara seseorang dan anggota masyarakat yang putus dan yang tersisa yang berubah dalam kualitas. Penarikan dapat diprakarsai oleh penuaan orang atau oleh masyarakat, dan dapat parsial atau total. Itu membuktikan bahwa orang tua kurang terlibat dengan kehidupan dibandingkan dengan mereka yang lebih muda.
2.    Teori Life-Course (life-course theory)
Maksudnya bagaimana agar pada masa dewasa akhir ini seorang individu mengalami penuaan yang berhasil dan tidak melewatkan satupun tugas perkembangannya.
3.    Teori Aktivitas (activity theory)
Teori ini menekankan pentingnya berkesinambungan dengan kegiatan sosial. Semakin aktif dan terlibat orang-orang dewasa lanjut, semakin kecil kemungkinan  mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupan mereka.
4.    Teori Kesinambungan (continuity theory)
Menyatakan bahwa orang lanjut usia mencoba untuk melestarikan dan menjaga struktur internal dan eksternal dengan cara menggunakan strategi yang menjaga kesinambungan. Itu berarti bahwa orang tua dapat mencoba menggunakan strategi yang familiar dalam bidang kehidupan. Kontinuitas terori memiliki potensi yang sangat baik untuk menjelaskan bagaimana orang menyesuaikan diri dengan penuaan mereka sendiri. Orang dewasa cenderung menggunakan kontinuitas sebagai strategi adaptif untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi selama penuaan yang normal.

2.2.2  Analisis Keseluruhan Aspek terkait Psikologi Perkembangan
            Ditinjau dari segi umur Ibu Sumiati, beliau berada pada tahap lanjut usia (elderly) yang berkisar antara 60 – 74 tahun (menurut WHO). Dimana lansia (lanjut usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati.
                   Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.

              Penurunan ini terutama penurunan yang terjadi pada kemampuan otak, dalam Al-Qur’an juga telah diterangkan dalam surat An-Nahl ayat 70 yaitu :
Artinya: “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang    dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi   Maha Kuasa (QS. An –Nahl ayat 70)

            Selain di kategorikan umur, Ibu sumiati juga sudah memenuhi ciri-ciri perkembangan lanjut usia (menurut Hurlock), antara lain:
1.      Usia lanjut merupakan periode kemunduran
            Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2.      Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
            Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
3.      Menua membutuhkan perubahan peran
            Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4.      Penyesuaian yang buruk pada lansia
            Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia me mbuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.


Penurunan Fisik Lansia
              Ditinjau dari fisik ibu Sumiati, beliau sudah mengalami kemunduran fisik antara lain beliau sudah tidak mampu lagi berjalan, berdiri lama, duduk lama di karenakan penyakit rheumatic beliau derita, kulit keriput,  penurunan penglihatan dan pendengaran dan lain sebagainya.
            Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.
Alat-alat indra perseptual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktivitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198).           Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah :
1.                  Daerah kepala
  • Hidung menjulur lemas
  • Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi
  • Mata kelihatan pudar
  • Dagu berlipat dua atau tiga
  • Kulit berkerut dan kering
  • Rambut menipis dan menjadi putih
2.                     Daerah Tubuh
·         Bahu membungkuk dan tampak mengecil
·         Perut membesar dan tampak membuncit
·         Pinggul tampak menggendor dan tampak lebih besar
·         Garis pinggang melebar
·         Payudara pada wanita akan mengendor
3.                Daerah persendian
·           Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat
·           Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol
·           Tangan menjadi kurus kering
·           Kaki membesar karena otot-otot mengendor
·           Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.

Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integument.

Penurunan kognitif pada lansia
              Ditinjau dari kognitif Ibu Sumiati, beliau mengalami penurunan dalam meproses informasi namun beliau masih mengingat kejadian-kejadian lampau yang pernah beliau alami.
Ada 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara lain sebagai berikut :
1.   Pendidikan
Fasilitas pendidikan, semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993). Dinegara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
  • Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya
  • Ingin mempelajari perubahan social dan teknologi yang dirasakan mempengaruhi kehidupannya.
  • Ingin menemukan pengetahuan yang relevan dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya.
  • Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
Ibu Sumiati hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 3 sekolah dasar di Kediri. Pendidikan yang kurang dialami Ibu Suami menjadi salah satu faktor penurunan kognitif pada beliau.

2.  Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut yang harus  tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Ibu Sumiati yang sejak remaja hingga dewasa bekerja sebagai pembantu rumah tangga cenderung membuat kompetensi beliau tidak tergali. Sehingga pekerjaan beliau hanya sebatas pembantu rumah tangga saja.

3.   Kesehatan
Dari hasil penelitian kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh factor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan  kecakapan kognitif pada Subjek  pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang/tidak pernah berolah raga.
Seperti yang dialami Ibu Sumiati, kondisi kesehatan beliau mulai menurun, beliau tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Untuk berjalan saja beliau susah, apalagi untuk melakukan kegiatan olahraga. Inilah salah satu penghambat kemampuan intelektual beliau.

Perkembangan Emosional
Ketika saya mewancarai ibu Sumiati ini, ada beberapa hal yang saya dapatkan walau beliau kadang berbicaranya kadang ngelantur dan cara berbicara beliau seperti meluapkan emosi.
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.


Perubahan Kemampuan Mental pada Usia Lanjut
Pada masa lalu diduga bahwa kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah ditunjukan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berfikir, mempelajari bahan baru, menghafal, mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi intelektual. Pada pihak lain beberapa kondisi pathologis seperti tekanan darah tinggi, mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun menurut Wilkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan merupakan bagian dari proses ketuaan yang normal (Hurlock, 1980).
Namun, tidak ada usia tertentu yang dianggap sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan tidak ada pola khusus dalam penurunan mental yang berlaku untuk semua orang.
Ditinjau dari kondisi Ibu Sumiati, penurunan kemampuan mental pada beliau tidak terlalu signifikan. Ini dikarenakan beliau masih mampu mengingat hal-hal yang terjadi pada masa lalu dan masih bisa melakukan kegiatan yang ada di panti sseperti membuat kerajinan tangan.

Lingkungan Sosial Orang Dewasa Lanjut
Menurut Santrock (2002) Tiga teori yang menonjol, yaitu :

a.Teori pemisahan (disangagement theory)
Teori pemisahan menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry (2002), dalam Santrock).
Penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap diri sendiri dianggap mampu meningkatkan kepuasan diantara orang-orang dewasa lanjut, rendahnya semangat juang akan mengiringi aktivitas yang tinggi dan pemisahan tidak dapat dihindari bahkan dicari-cari oleh orang usia lanjut. Serangkaian penelitian gagal mendukung penelitian ini (Maddox, 1968; Neugarten, Havighurst & Tobin, 1968; Reichard, Levson & Peterson, 1962). Ketika individu terus hidup secara aktif, energik, dan produktif sebagai orang dewasa lanjut, kepuasan hidup mereaka tidak menurun; sering kali tetap meningkat.
Ditinjau dari lingkungan sosial ibu Sumiati tidak terlihat ada pemisahan antar mereka. Namun, jika ditinjau dari keseluruhan sangat jelas terlihat pemisahan itu, karena mereka kelompok minoritas lanjut usia yang dipisahkan dari lingkungan masyarakat.
b.Teori aktivitas (activity theory)
Teori aktivitas menyatakan semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil mereka mersa renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori ini menyatakan bahwa individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya disepanjang masa dewasa akhir; jika peran-peran itu diambil dari mereka (PHK), penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktivitas-aktivitas kemasyarakatan.
Ditinjau dari aktivitas yang ada di lingkungan ibu Sumiati, aktivitas mereka sangatlah dibatasi. Mereka hanya boleh melakukan aktivitas di lingkungan wisma mereka masing-masing. Padahal itu hanya akan membuat mereka tidak puas dengan kehidupan karena mereka tidak bisa langsung beraktivitas dengan masyarakat. Tetapi, dengan adanya kegiatan setiap minggu, yang dilakukan oleh beberapa orang untuk memberikan keterampilan kepada para lansia. Itu akan mengganti keterlibatan mereka dalam masyarakat.

c. Teori rekonstruksi gangguan sosial (social breakdwown-reconstruction theory)
Teori ini menyatakan bahwa penuaan dinyatakan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandang negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut yang tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Gangguan sosial dimulai dengan pandangan dunia sosial yang negatif dan diakhiri dengan identifikasi serta pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu. Masyarakat melihat orang tua sebagai tidak mampu dan kuno.
Social Breakdown
• Struktur masyarakat yang tidak memberikan kesempatan pada lansia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
• Masyarakat mengembangkan stereotip negative para lansia
            Menurut saya Social Breakdown ini sering terjadi pada para lansia yang berada langsung dalam ruang lingkup masyarakat. Seperti  yang pernah dialami Ibu Sumiati, sebelum beliau berada dipanti. Beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga. Itu berarti Ibu Sumiati tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi. Jika masyarakat tidak mengembangkan streotip negatif kepadapara lansia. Maka mereka pun masih bisa melibatkan diri dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat baik langsung maupun tidakk langsung.
Social Recontruction
• Struktur masyarakat yang memberi kesempatan pada lansia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
• Masyarakat memberi kesempatan pada lansia sebagai bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat.
            Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada lansia dalam lingkungan masyarakat, mereka berada dalam panti sosial tresna werdha ini mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Seperti ibu Sumiati yang mendapatkan kegiatan pelatihan keterampilan tangan seperti menyulam, membuat bross, dan keterampilan lainnya. Secara tidak langsung mereka yang berada di panti sudah bisa turut aktif dalam masyarakat.






















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan          
            Dari uraian-uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu Sumiati dititipkan oleh majikannya kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena tak ada yang mengurusnya, menurut penuturan beliau kepada saya beliau tidak ingin berada dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan Selatan, orang tua dan saudara beliau sudah meninggal. Selain itu beberapa anak menitipkan orang tuanya kepanti sosial dikarenakan sibuk bekerja, sehingga si anak lebih memilih minitipkan orang tuanya ke panti werdha agar ada yang mengurusnya.
Panti Werdha menjadi pilihan yang baik untuk menikmati hari tua. Pandangan masyarakat tentang Panti Werdha dan orang tua yang dititipkan di sana agaknya perlu diluruskan. Orang tua yang dititipkan di Panti Werdha tidak berarti mereka terbuang, mereka tetap memiliki keluarga yang merupakan bagian penting dari keberadaannya.
Di panti werdha mereka menemukan teman yang relatif seusia dengannya di mana mereka dapat berbagi cerita karena keberadaan lansia yang ada di panti ini memiliki karakter dan problema yang berbeda-beda, maka perlu penanganan khusus.
Di tempat ini mereka diberikan hal-hal yang positif seperti program-program pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan untuk mereka sebagai pengisian waktu luang, diantaranya pemberian bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual (seperti pembacaan yasin, maulid, ceramah, dan lain-lain), penyaluran bakat dan hobi, senam, dan banyak kegiatan lainnya. Selain itu, mereka juga mendapatkan pelayanan dari para pekerja sosial untuk bisa menjalani hari-harinya dengan ceria.
3.2 Kritik dan Saran
Sebenarnya, yang dibutuhkan para lansia disana mungkin bukan sumbangan kebutuhan pokok walaupun tidak diragukan hal tersebut memang diperlukan, tapi mungkin kebutuhan bagi rohani mereka ada seseorang yang bisa mendengarkan mereka berbicara maupun saling berbagi. Memang ada petugas tapi mereka juga tidak mungkin memberikan perhatian kepada tiap-tiap orang tua.
Semoga kita dapat menyadari betapa besar jasa orang tua kita dan tolong jangan sampai pernah berpikir untuk mengirim orang tua yang telah bersusah payah membesarkan kita ke Panti Jompo.  mari kita lebih menghargai orang tua kita, ungkapkan terima kasih kita, kalo gak ada mereka kita gak mungkin bisa jadi kita yang seperti in
DAFTAR PUSTAKA
  • Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga.
  •          Santrock, John W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid 2). Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gunakan bahasa yang sopan..

Makalah sosiologi komunikasi- paradigma keilmuan dan teori komunikasi

SOSIOLOGI KOMUNIKASI : PARADIGMA KEILMUAN DAN TEORI KOMUNIKASI DISUSUN OLEH : RAHMAT ABAS MOHAMAD RIFAI DJ RAUF ERWI...