Senin, 28 Maret 2016

makalah teori dakwah- dakwah bil kitabah





TEORI DAKWAH
DAKWAH BIL KITABAH
http://buku-on-line.com/wp-content/uploads/2012/04/Logo-IAIN-Sultan-Amai-Gorontalo.jpg
DISUSUN OLEH :

RAHMAT ABAS
KARTIN POTUTU


JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULLDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TA. 2016-2017









                                                           KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,  syukur kepada allah yang telah memberikan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, suri teladan yang telah membawa kita dari jaman kebodohan kezaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
 Pada kesempatan kali ini,dengan penuh syukur kami mengucapkan terimah kasih  kepada kedua orang tua kami atas segala doa dan harapan besar yang harus kami pertanggung jawabkan. kami merasa sangat berharga dengan semua itu sehingga dengan penuh semangat bias menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Meskipun demikain, tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu,segala kesalahan dan kekhilafan yang ada mohon di malumi.






























BAB I

PENDAHULUAN

A.    latar belakang

Dalam sejarah pembahasan dakwah yang  mana dalam kehidupan bermasyarakat kita yang paling banyak kita ketahui yakni hanya seputaran dakwah bil lisan dan dakwah bil hikmah,   sedangkan  untuk dakwah bil kitabah  sangat jarang sekali kita dengar bahkan sama sekali kita tidak ketahui artinya, padahal kita banyak menemukan dakwah bil kitabah dalam kehidupan sehari-hari kita, itulah sebabnya alangkah baiknya kita mempelajari makalah ini agar sehingganya kita tidak buta lagi dengan yang namanya dakwah bil kitabah dan kiranya dapat mendeskripsikan dakwah bil kitabah cirri dan jenisnya seperti apa,,

B.     Rumusan masalah

1.      Memahami dakwah bil kitabah
2.      Media dakwah bil kitabah
3.      Kode etik dakwah bil kitabah


























BAB II
PEMBAHASAN


A.    Dakwah bil kitabah

         Pada masa sekarang yang penuh dengan kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan maupun ilmu teknologi, semuanya sudah serba canggih, hal ini menjadikan manusia modern menjadi sangat sibuk dengan urusannya masing-masing. Sehingganya waktu untuk mendengarkan ataupun menghadiri sebuah forum tabligh sudah sangatlah sedikit,, maka dari itu dakwah bil kitabah sangatlah cocok untuk manusia modern.. dakwah bil kitabah atau dakwah secara tulisan  sering disebut juga dakwah bil qalam.
Dakwah ini dapat juga dikonsidikan dengan berbagai karakter masyarakat modern saat ini, diantaranya ada masyarakat yang malu bertanya, ada yang terlalu  sibuk dengan urusannya.  Maka  dengan metode ini  memudahkan masalahnya mereka,,  mereka punya  waktu  kapan saja untuk membaca dakwah bil kitabah ini dengan memanfaatkan waktu luwang yang mereka miliki..
         Dakwah melalui tulisan dapat terus diingati. Seperti contoh, karya ilmuan Buya Hamka yang telah menulis pelbagai buku. Meskipun kini beliau telah tiada akan tetapi buku penulisannya masih ramai orang membaca dan tulisannya seringkali dijadikan rujukan.[1]
Selain buku masih banyak alternative yang dapat dijadikan sebagai media dakwah bil kitabah, yakni, novel, majalah, Koran, bulletin masjid, ataupun dimedia online.
 Melalui tulisan-tulisan di media massa, seorang mubalig, ulama, kiai, atau umat islam pada umumnya sesuai dengan bidang keahlian atau keilmuan yang dikuasainya dapat melaksanakan dakwah ini.[2]
        Dengan demikian, mereka atau kitapun dapat melaksanakan peran sebagai jurnalis muslim, yakni sebagai muaddib (pendidik), mussadid (pelurus informasi tentang ajaran agama islam), mujaddid (pembaharu tentang ajaran islam), muwahid (pemersatu atau perekat ukhuwa islamiah), dan mujahid (pejuang, pembela dan penegak agama islam.[3]
Keunggulan dakwah ini dibandingkan dengan format dakwah bentuk lain adalah sifatnya yang objeknya yang massif dan cakupannya cukup luas. Dakwah tulisan ini tidak hanya dibaca oleh masyarakat kecil, ataupun hanya terdapat pada satu tempat, akan tetappi dakwah ini dapat mencakup wilayah yang cukup luas, bahkan sampai tersebar diseluruh dunia.[4]
Media massa saat ini sangatlah berpengaruh terhadap akidah bagi masyarakat modern karena 90 dari 100 persen aktifitas para remaja pada masa ini menggunakan media social online untuk berkomunikasi dengan teman-temannya yang ada diluar sana, maka dari itu kita harus dapat memanfaatkan sepandai mungkin media massa sebagai media dakwah kita.



a.       Jarangnya aktivis dakwah bil kitabah

         Michael h.hart salah seorang penulis yang mutakhir menempatkan Nabi muhamad, sebagai manusia yang paling berpengaruh disepanjang sejarah. Hart menulis buku tentang seratus tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh. Dan hasilnya Nabi Muhamad menempati rangking pertama, mengungguli tokoh-tokoh dunia lainnya seperti Isa al-masih, Isac newto, Napoleon boneparte, dan lain-lain.[5]
Melihat kunci sukses dakwah yang dilakukan oleh nabi muhamad pada masa itu yakni dengan menggunakan komunikasi antarpersonal yakni dengan melakukan nasihat tatap muka, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh, berbeda dengan sekarang para pendakwah lebih condong kearah komunikasi massa yang mana didalamnya tidak ada pendekatan sehingga para pendengar mendengarkan ceramah masuk telinga kanan keluar telinga kiri, serta kurangnya kesungguhan dari sipendakwah, dilain sisi yang juga mempengaruhi gagalnya dakwah dimasa sekarang adalah kurangnya dakwah yang berbentuk tulisan karena jika dibandingkan antara dakwah bil kitabah dengan dakwah yang lain yang sangat cocok dimasa sekarang adalah dakwah bil kitabah.
         Dewasa ini, kita merasa masih langkanya para aktivis dakwah bil kitabah, lebih langkah lagi adalah para ahli islam. (ulama, cendekiawan, mubalig) yang mampu melakukan dakwah bil lisan (ceramah, tabligh, khutbah) sekaligus piawai menulis artikel keislaman untuk media massa. Tapi banyak ulama dan cendekiawan hanya “jago pidato” di atas mimbar, namun tidak mampu (tidak mau) menulis di media massa.[6]
          Pentingnya penerbitan media massa islam sebagai sarana dakwah bil kitabah pun kurang mendapat perhatian secara sunggguh-sungguh dari kalangan umat islam, padahal wahyu pertama tentang perintah membaca (iqra) dan adanya surat al-qolam dalam al-quran, mengisyaratkan betapa pentingnya arti dan bacaan bagi umat islam.[7]
         “Tulisan adalah tamannya para ulama” kata Ali bin abi thalib. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan” dan menyebar luaskan pandangan-pandangan keislamannya. Dakwah bil kitabah telah dilakukan oleh ulama salaf atau cendekiawan Muslim terdahulu, telah melahirkan sejumlah “Kitab Kuning “  (buku teks [text book] para santri di pesantren-pesantren). Mungkin, jika tidak dituangkan dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajari dan diketahui dewasa ini. [8]
            Kemampuan menulis  menjadikan seorang Imam Al-Ghazali dapat mewariskan ilmunya lewat Ihya ‘Ulumuddin dan sebagainya. Demikian pula sejumlah ulama lain. Hasan Al-Banna, Abul A’la Al-Maududi, dan Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menggelorakan semangat pembaharuan dan kebangkitan Islam lewat artikel dan buku-buku mereka. Pembaharu Islam Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-’Urwatul Wutsqa di Prancis. Melalui tulisan-tulisannya di majalah tersebut, mereka mencanangkan da’wah Islam di tengah peradaban dunia Barat.[9]
            
           Demikian pula para ulama, sarjana, filsuf, dan cendekiawan Muslim lain dari berbagai disiplin ilmu. Benar juga kata Plato: “Pikiran manusia terekam di ujung pena mereka”.
Dakwah bil kitabah  bahkan sudah dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw. Surat ajakan masuk Islam kepada Kaisar Persia, umpamanya, merupakan bukti Dakwah bil kitabah, Karena dakwah tertulis dicontohkan langsung oleh Rasulullah, maka ia menjadi “sunnah”.[10]
Lebih dari itu, pembukuan Al-Quran yang kini kita kenal dengan mushaf dalam perspektif jurnalistik, Al-Quran adalah karya jurnalistik juga, yakni sebuah media massa format buku yang isinya firman-firman Allah SWT. Dari akar kata shuhuf, sebutan bagi kumpulan wahyu, dikembangkan kata shahifah yang berarti suratkabar atau koran dan shahafi yang searti dengan wartawan atau jurnalis (Ali Yafie dalam Rusjdi Hamka & Rafiq, 1989:285). Demikian pula, termasuk karya jurnalistik adalah kitab-kitab kumpulan hadits semacam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. [11]

b.      Efek al kitabah
“Dan tetaplah memberi  peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “ (Q.s. adz- dzariat : 55)[12]
Dari ayat ini kita dapat melihat sebuah perintah untuk salang memberi  peringatan, baik peringatan secara lisan, secara perbuatan, maupun secara tulisan (kitabah)
         Sebuah tulisan atau karya tulis dapat berpengaruh sangat luas dan membuat penulisnya sangat populer. Salman Rushdie begitu mendunia namanya karena tulisannya, buku Satanic Verses(Ayat-Ayat Setan), yang dianggap melecehkan Islam. Pemerintah Iran bahkan memvonis hukuman mati baginya.[13]
         Tulisan atau goresan pena seorang penulis dapat menjadi pelopor suatu pemikiran, keyakinan, ide, cita-cita, bahkan revolusi (KHM Isa Anshary, 1984:33-41). Revolusi Prancis bergerak di bawah cahaya pikiran dan cetusan pandangan yang dirintis J.J. Rousseau dan Montesquieu. Revolusi Amerika dibimbing “Declaration of Independent” (Fatwa  Kemerdekaan) yang hingga kini dijadikan pedoman besar bangsa Amerika.[14]
         Revolusi Rusia dan perjuangan kaum Komunis di seluruh dunia sampai kini dipimpin oleh Manifesto Kumunis (Communistish Manifest) karya Kalr Marx dan Engels. Nazi Jerman bergerak di bawah petunjuk buku Mein Kamf karya Adolf Hitler. Revolusi Tiongkok berpedoman pada San Min Chu I karangan Sun Yat Sen.[15]
         Revolusi Indonesia didahului pemikiran-pemikiran revolusioner tertulis dari Bung Karno, Bung Hatta, M. Natsir, Syahrir, dan Tan Malaka. Kebangkitan dunia Islam, gerakan reformasi dan modernisasi dalam dunia Islam, terutama bersumber pada buah pena atau tulisan Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Syaikh Rasyid Ridha, Amir Syakib

Arsalan, dan Abdurrahman Al-Kawakiby. Pembinaan negara Islam Pakistan didahului buku-buku Mohammad Iqbal.[16]
        Tulisan atau pena seorang penulis cukup berbicara satu kali, melekat terus dalam hati dan menjadi buah tutur setiap hari. Para jududa’wah pelu lebih memperhatikan kepentingan tulisan di berbagai media da’wah, menjadikan media massa sebagai alat perjuangan da’wah.
Tulisan dan bacaan adalah media da’wah yang tidak kurang vitalnya dari angkatan mujahidin dan mubalighin yang bergerak setiap masa ke segala pelosok dunia; membuka hati masyarakat, merebut masyarakat dari genggaman dan belenggu paham dan aliran luar Islam. Masyarakat Islam dalam segala tingkatan, keluarga dan rumah tangga kaum Muslimin, harus kita masuki dengan bacaan-bacaan Islam, mengembalikan mereka kepada kehidupan Islam. [17]

B.     Media dakwah bil kitabah.

a.       Pembukuan dan Media Cetak
Kini terdapat ramai di kalangan ulama yang membukukan penulisan mereka. Dengan cara ini, mereka akan menghuraikan secara terperinci mengenai sesuatu perbahasan dengan mendalam. Bahkan penulisan mereka juga turut dijadikan bahan rujukan oleh mahasiswa dan sebagainya di dalam kertas kerja mereka. Terdapat pelbagai jenis media cetak pada masa kini. Samada surat khabar, majalah, risalah, jurnal-jurnal dan sebagainya perlu dipraktikkan. Melalui pelbagai cara ini, gerakan dakwah dapat tersebar luas bukan hanya di dalam kumpulan masyarakat yang kecil malah di seantaro dunia.[18]

b.      Media Elektronik
Media elektronik yang sesuai dengan cara penulisan kini ialah dengan melalui internet iaitu satu jaringan popular pada masa kini lebih-lebih lagi pada golongan muda. Kadang-kala pengaruh internet memberi kesan yang hebat kepada mereka, maka adalah menjadi salah satu alternatif yang baik jika para pendakwah turut menggunakan cara ini. Bukan hanya penulisan di laman-laman web, blog malah jaringan-jaringan sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter dan sebagainya turut memberi pengaruh yang besar pada masyarakat lebih-lebih lagi untuk menarik perhatian remaja kini.[19] Melihat kondisi masayarakat modern dakwah yang paling efektif adalah dakwah yang seperti ini, tidak menimbulkan rasa bosan bagi para anak muda, tidak terikat oleh waktu, dan bisa kapan saja diterima.



Selain daripada itu, di antara ciri yang perlu ada dalam sesebuah penulisan untuk menerbitkan karya-karya berbentuk dakwah Islamiyah mengikut situasi semasa ini tetapi tidak melampaui batas-batasnya. Antara lain cara atau kaedahnya adalah[20]:
           1. Penceritaan
         Ternyata kini, gaya bentuk penulisan yang bercorak penceritaan semakin diminati. Seperti contoh, karya Ustaz Hasrizal yang bertajuk “ Aku Terima Nikahnya 1 dan 2 ” amat laris di pasaran. Ini menunjukkan golongan kini terutamanya remaja serta belia pertengahan usia semakin menggemari gaya penulisan dakwah yang berbentuk cerita santai. Di samping itu, bentuk-bentuk penceritaan yang berunsurkan Islam seperti contoh di dalam karya Habibburahman El Shirazy seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2 banyak menyentuh aspek kehidupan di dalam Islam sehingga menjadi bualan masyarakat kini[21].
          2. Bahasa
      Untuk seseorang pendakwah mencapai tahap yang terbaik iaitu melangkahi sampai peringkat global, seseorang pendakwah itu perlu untuk berkemahiran dalam pelbagai bahasa antaranya bahasa yang menjadi bahasa utama dunia yaitu Bahasa Inggris di samping penggunaan bahasa harian yang dapat dipahami masyarakat sekeliling. Hal ini perlu jika seseorang pendakwah ini benar-benar mau berjuang dan menakluki hati-hati betapa indahnya Islam kepada orang bukan Islam. Dengan cara ini, mungkin ianya menjadi salah satu medium bagi orang bukan Islam membuka minda mereka dan menerima Islam dengan hanya membaca tulisan-tulisan ini sekaligus mereka ingin mengetahui dan mendekati Islam lagi.[22]
       Secara kesimpulan, terdapat pelbagai cara yang kreatif bersesuai dengan keadaan semasa yang perlu lagi difikirkan para pendakwah di dalam penyebaran dakwah kini. Ianya sedikit sebanyak perlunya kaedah psikologi bagi menawan hati-hati manusia yang penuh dengan kelalaian dengan persekitaran semasa. Semoga dengan cara dan kaedah yang baik, penyebaran Islam dapat lagi diperluaskan ke pelusuk dunia. Bukan tanggungjawab ini perlu di pikul para dai tetapi oleh kita semua ummat untuk menegakkan syiar Islam .[23]
      Dari uraian di atas, jelas sudah saatnya kita timbulkan wawasan dan pemhaman bagi ummat islam tentang pentingnya dakwah melalui tulisan dan menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat menulis artikel keislaman.[24]
Media massa menjadi sarana dakwah adalah media massa cetak, meliputi Koran / surat kabar, tabloid, majalah, dan buku serta newsletter dan bulrtin. Paling tidak, umat islam dapat menerbitkan bulletin, format paling sederhana dan paling murah sebuah media massa seperti bulletin jumat.[25]


C.    Kode etik dakwah bil kitabah

             Seorang pendakwah, metode apapun yang digunakan tentunya ada kaidah, norma, aturan, atupun kode etik yang harus ia perhatikan dan taati, sama halnya dengan dakwah secara tulisan ini, dakwah ini mempunyai kode eti tersendiri.
Seorang jurnalis muslim hendaknya memiliki kode etik jurnalistik tersendiri sebagai tuntunan ajaran agama islam. Kode etik yang dimaksud adalah sebagai berikut[26] :
a.       Menginformasikan yang benar saja (tidak berbohong), juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.[27]
Dalam al-quran kebenaran itu disebut dengan istilah al-haq. Dalam al-quran, kebenaran berhubungan dengan keadilan dan persamaan. Hal itu mengindikasikan bahwa setiap kebenaran terkait secara inheren didalamnya keadilan dan persamaan. Dalam al-quran, al-haq dipakai untuk menunjukan dipakai untuk menunjuk allah dan suatu pengertian yang berlawanan dengan arti istilah bathil dan dhalal.[28]
b.      Bijaksana, penuh nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik pula. Karakter, pola pikir, kadar pemahaman objek pembaca harus dipahami, sehingga tulisan yang dibuat pun akan disesuaikan sehingga mudah dicerna.[29]
c.       Meneliti kebenaran berita/fakta sebelum dipublikasikan alias melakukan check and recheck.[30] Sebagaimana kita manusia yang telah diberikan allah akal maka alangkah baiknya kita memanfaatkan akal kita untuk mencari kebenaran. Aspek kecerdasan manusia yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.[31]
d.      Hindari olok-olok, penghinaan, mengejek, atau caci maki sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian.[32]
e.       Hindarkan prasangka buruk (suuzhan). Dalam istilah hukum, pegang teguh “asas praduga tak bersalah”. [33]
Sebagai ummat islam diwajibkan atas kita menyampaikan sesuatu kebaikan sekecil apapun itu kepada orang lain, insallah dengan memperhatikan serta menaati kode etik dalam menulis sebuah dakwah, apa yang kita kerjakan insallah bisa bermanfaat sampai akhir kelak kita nanti. Amin.




BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
 a. Dakwah bil kitabah : dakwah secara tulisan / dakwah bil qalam
   
 b. Media dakwah bil kitabah. :
-Pembukuan dan Media Cetak
-Media Elektronik
   
c.  Kode etik dakwah bil kitabah :

-Menginformasikan yang benar saja (tidak berbohong)
-Bijaksana, penuh nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik pula
-Meneliti kebenaran berita/fakta sebelum dipublikasikan alias melakukan check and recheck.
-Hindari olok-olok,
-Hindarkan prasangka buruk (suuzhan).


























DAFTAR PUSTAKA

Imas, riska (2013). makalah materi tentang dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar. From file:///C:/Users/Computer/Documents/word/Dakwah%20Bil%20Kitabah%20_%20my%20world%20of%20imajination!.htm 25_03_2016
Katili, lukman (2013), pendidikan islam diperguruan tinggi, gorontalo : ideas publishing
Munir, syamsul (2008), rekontruksi pemikiran dakwah islam. Jakarta : amzah
Sulthon, muhamad (2003). Desain ilmu dakwah. Semarang : pustaka pelajar
Syamsul, asep (2003). Jurnalistik dakwah. Bandung : remaja rosda karya
Yusuf, muhamad (2007), munthakab ahadist, Yogyakarta : ash-shaff


[2] Asep mulyadi, jurnalistik dakwah , (bandung : remaja rosdakarya, 2003) hal 23
[3] ibid
[4] ibid
[5] Samsul munir rekontruksi  pemikiran dakwah islam ( Jakarta : amzah, 2008) hlm118
[6] Op.cit
[7] ibid
[8] ibid
[9] Ibid 25
[10] ibid
[11] ibid
[12] Muhamad yusuf , munthakab hadist (yogyakarta : ass- shaff, 2007) hlm 574
[13] op.cit hlm 26
[14] ibid
[15] ibid
[16]  Ibid 27
[17]  ibid
[19]  ibid
[20] ibid
[21]  ibid
[22]  Ibid
[23]  ibid
[24] Op. cit 30
[25]  ibid
[26] Ibid 41
[27] Ibid
[28] Muhamad sulthon, desain ilmu dakwah (semarang : pustaka pelajar, 2003) hlm 131
[29] Op. cit 42
[30] ibid
[31] Lukman katili, pendidikan agama islam diperguruan tinggi  (gorontalo: ideas publishing, 2013) hlm 28
[32] Op.cit
[33] Ibid 43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gunakan bahasa yang sopan..

Makalah sosiologi komunikasi- paradigma keilmuan dan teori komunikasi

SOSIOLOGI KOMUNIKASI : PARADIGMA KEILMUAN DAN TEORI KOMUNIKASI DISUSUN OLEH : RAHMAT ABAS MOHAMAD RIFAI DJ RAUF ERWI...