TEORI DAKWAH
DAKWAH BIL KITABAH
DISUSUN OLEH :
RAHMAT ABAS
KARTIN POTUTU
JURUSAN
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS
USHULLDIN DAN DAKWAH
IAIN
SULTAN AMAI GORONTALO
TA. 2016-2017
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, syukur kepada allah yang telah
memberikan hidayahnya kepada kami sehingga
kami dapat
menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW, suri
teladan yang telah membawa kita dari jaman kebodohan kezaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Pada kesempatan kali
ini,dengan penuh syukur kami mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua kami atas segala doa
dan harapan besar yang harus kami pertanggung jawabkan. kami merasa sangat
berharga dengan semua itu sehingga dengan penuh semangat bias menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Meskipun demikain, tidak ada manusia
yang sempurna. Oleh karena itu,segala kesalahan dan kekhilafan yang ada mohon
di malumi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Dalam sejarah pembahasan dakwah yang mana dalam kehidupan bermasyarakat kita yang
paling banyak kita ketahui yakni hanya seputaran dakwah bil lisan dan dakwah
bil hikmah, sedangkan untuk dakwah bil kitabah sangat jarang sekali kita dengar bahkan sama sekali
kita tidak ketahui artinya, padahal kita banyak menemukan dakwah bil kitabah
dalam kehidupan sehari-hari kita, itulah sebabnya alangkah baiknya kita
mempelajari makalah ini agar sehingganya kita tidak buta lagi dengan yang
namanya dakwah bil kitabah dan kiranya dapat mendeskripsikan dakwah bil kitabah
cirri dan jenisnya seperti apa,,
B. Rumusan masalah
1.
Memahami dakwah bil kitabah
2.
Media dakwah bil kitabah
3.
Kode etik dakwah bil kitabah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dakwah bil kitabah
Pada masa
sekarang yang penuh dengan kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan maupun ilmu
teknologi, semuanya sudah serba canggih, hal ini menjadikan manusia modern
menjadi sangat sibuk dengan urusannya masing-masing. Sehingganya waktu untuk
mendengarkan ataupun menghadiri sebuah forum tabligh sudah sangatlah sedikit,,
maka dari itu dakwah bil kitabah sangatlah cocok untuk manusia modern.. dakwah
bil kitabah atau dakwah secara tulisan
sering disebut juga dakwah bil qalam.
Dakwah ini dapat juga dikonsidikan dengan berbagai
karakter masyarakat modern saat ini, diantaranya ada masyarakat yang malu
bertanya, ada yang terlalu sibuk dengan
urusannya. Maka dengan metode ini memudahkan masalahnya mereka,, mereka punya
waktu kapan saja untuk membaca
dakwah bil kitabah ini dengan memanfaatkan waktu luwang yang mereka miliki..
Dakwah
melalui tulisan dapat terus diingati. Seperti contoh, karya ilmuan Buya
Hamka yang telah menulis pelbagai buku. Meskipun kini beliau telah tiada
akan tetapi buku penulisannya masih ramai orang membaca dan tulisannya
seringkali dijadikan rujukan.[1]
Selain buku masih banyak alternative yang dapat
dijadikan sebagai media dakwah bil kitabah, yakni, novel, majalah, Koran,
bulletin masjid, ataupun dimedia online.
Melalui
tulisan-tulisan di media massa, seorang mubalig, ulama, kiai, atau umat islam
pada umumnya sesuai dengan bidang keahlian atau keilmuan yang dikuasainya dapat
melaksanakan dakwah ini.[2]
Dengan
demikian, mereka atau kitapun dapat melaksanakan peran sebagai jurnalis muslim,
yakni sebagai muaddib (pendidik), mussadid (pelurus informasi tentang ajaran
agama islam), mujaddid (pembaharu tentang ajaran islam), muwahid (pemersatu
atau perekat ukhuwa islamiah), dan mujahid (pejuang, pembela dan penegak agama
islam.[3]
Keunggulan dakwah ini dibandingkan dengan format
dakwah bentuk lain adalah sifatnya yang objeknya yang massif dan cakupannya
cukup luas. Dakwah tulisan ini tidak hanya dibaca oleh masyarakat kecil,
ataupun hanya terdapat pada satu tempat, akan tetappi dakwah ini dapat mencakup
wilayah yang cukup luas, bahkan sampai tersebar diseluruh dunia.[4]
Media massa saat ini sangatlah berpengaruh terhadap
akidah bagi masyarakat modern karena 90 dari 100 persen aktifitas para remaja
pada masa ini menggunakan media social online untuk berkomunikasi dengan
teman-temannya yang ada diluar sana, maka dari itu kita harus dapat
memanfaatkan sepandai mungkin media massa sebagai media dakwah kita.
a.
Jarangnya aktivis dakwah bil kitabah
Michael
h.hart salah seorang penulis yang mutakhir menempatkan Nabi muhamad, sebagai
manusia yang paling berpengaruh disepanjang sejarah. Hart menulis buku tentang
seratus tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh. Dan hasilnya Nabi Muhamad menempati
rangking pertama, mengungguli tokoh-tokoh dunia lainnya seperti Isa al-masih,
Isac newto, Napoleon boneparte, dan lain-lain.[5]
Melihat kunci sukses dakwah yang dilakukan oleh nabi
muhamad pada masa itu yakni dengan menggunakan komunikasi antarpersonal yakni
dengan melakukan nasihat tatap muka, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh,
berbeda dengan sekarang para pendakwah lebih condong kearah komunikasi massa
yang mana didalamnya tidak ada pendekatan sehingga para pendengar mendengarkan
ceramah masuk telinga kanan keluar telinga kiri, serta kurangnya kesungguhan
dari sipendakwah, dilain sisi yang juga mempengaruhi gagalnya dakwah dimasa
sekarang adalah kurangnya dakwah yang berbentuk tulisan karena jika
dibandingkan antara dakwah bil kitabah dengan dakwah yang lain yang sangat
cocok dimasa sekarang adalah dakwah bil kitabah.
Dewasa
ini, kita merasa masih langkanya para aktivis dakwah bil kitabah, lebih langkah
lagi adalah para ahli islam. (ulama, cendekiawan, mubalig) yang mampu melakukan
dakwah bil lisan (ceramah, tabligh, khutbah) sekaligus piawai menulis artikel
keislaman untuk media massa. Tapi banyak ulama dan cendekiawan hanya “jago
pidato” di atas mimbar, namun tidak mampu (tidak mau) menulis di media massa.[6]
Pentingnya penerbitan media massa islam sebagai sarana dakwah bil
kitabah pun kurang mendapat perhatian secara sunggguh-sungguh dari kalangan
umat islam, padahal wahyu pertama tentang perintah membaca (iqra) dan adanya
surat al-qolam dalam al-quran, mengisyaratkan betapa pentingnya arti dan bacaan
bagi umat islam.[7]
“Tulisan adalah tamannya para ulama” kata Ali bin abi thalib. Lewat
tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan” dan menyebar luaskan
pandangan-pandangan keislamannya. Dakwah bil kitabah telah dilakukan oleh ulama
salaf atau cendekiawan Muslim terdahulu, telah melahirkan sejumlah “Kitab
Kuning “ (buku teks [text
book] para santri di pesantren-pesantren). Mungkin, jika tidak dituangkan
dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajari dan
diketahui dewasa ini. [8]
Kemampuan menulis menjadikan seorang Imam Al-Ghazali dapat
mewariskan ilmunya lewat Ihya ‘Ulumuddin dan sebagainya. Demikian
pula sejumlah ulama lain. Hasan Al-Banna, Abul A’la Al-Maududi, dan Dr. Yusuf
Al-Qaradhawi menggelorakan semangat pembaharuan dan kebangkitan Islam lewat
artikel dan buku-buku mereka. Pembaharu Islam Jamaluddin Al-Afghani dan
Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-’Urwatul Wutsqa di Prancis.
Melalui tulisan-tulisannya di majalah tersebut, mereka mencanangkan da’wah
Islam di tengah peradaban dunia Barat.[9]
Demikian pula para ulama, sarjana, filsuf, dan cendekiawan Muslim lain
dari berbagai disiplin ilmu. Benar juga kata Plato: “Pikiran manusia terekam di
ujung pena mereka”.
Dakwah bil kitabah
bahkan sudah dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw. Surat ajakan
masuk Islam kepada Kaisar Persia, umpamanya, merupakan bukti Dakwah bil
kitabah, Karena dakwah tertulis dicontohkan langsung oleh Rasulullah, maka ia
menjadi “sunnah”.[10]
Lebih dari
itu, pembukuan Al-Quran yang kini kita kenal dengan mushaf dalam
perspektif jurnalistik, Al-Quran adalah karya jurnalistik juga, yakni sebuah
media massa format buku yang isinya firman-firman Allah SWT. Dari akar kata shuhuf,
sebutan bagi kumpulan wahyu, dikembangkan kata shahifah yang berarti
suratkabar atau koran dan shahafi yang searti dengan wartawan atau
jurnalis (Ali Yafie dalam Rusjdi Hamka & Rafiq, 1989:285). Demikian pula,
termasuk karya jurnalistik adalah kitab-kitab kumpulan hadits semacam Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim. [11]
b. Efek al kitabah
“Dan
tetaplah memberi peringatan, karena
sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “ (Q.s.
adz- dzariat : 55)[12]
Dari
ayat ini kita dapat melihat sebuah perintah untuk salang memberi peringatan, baik peringatan secara lisan,
secara perbuatan, maupun secara tulisan (kitabah)
Sebuah tulisan atau karya tulis dapat
berpengaruh sangat luas dan membuat penulisnya sangat populer. Salman Rushdie
begitu mendunia namanya karena tulisannya, buku Satanic Verses(Ayat-Ayat
Setan), yang dianggap melecehkan Islam. Pemerintah Iran bahkan memvonis hukuman
mati baginya.[13]
Tulisan atau goresan pena seorang
penulis dapat menjadi pelopor suatu pemikiran, keyakinan, ide, cita-cita,
bahkan revolusi (KHM Isa Anshary, 1984:33-41). Revolusi Prancis bergerak di
bawah cahaya pikiran dan cetusan pandangan yang dirintis J.J. Rousseau dan
Montesquieu. Revolusi Amerika dibimbing “Declaration of Independent”
(Fatwa Kemerdekaan) yang hingga kini dijadikan pedoman besar bangsa
Amerika.[14]
Revolusi Rusia dan perjuangan kaum
Komunis di seluruh dunia sampai kini dipimpin oleh Manifesto Kumunis (Communistish
Manifest) karya Kalr Marx dan Engels. Nazi Jerman bergerak di bawah
petunjuk buku Mein Kamf karya Adolf Hitler. Revolusi Tiongkok berpedoman
pada San Min Chu I karangan Sun Yat Sen.[15]
Revolusi Indonesia didahului
pemikiran-pemikiran revolusioner tertulis dari Bung Karno, Bung Hatta, M.
Natsir, Syahrir, dan Tan Malaka. Kebangkitan dunia Islam, gerakan reformasi dan
modernisasi dalam dunia Islam, terutama bersumber pada buah pena atau tulisan
Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Syaikh Rasyid Ridha, Amir
Syakib
Arsalan, dan
Abdurrahman Al-Kawakiby. Pembinaan negara Islam Pakistan didahului buku-buku
Mohammad Iqbal.[16]
Tulisan atau pena seorang penulis cukup
berbicara satu kali, melekat terus dalam hati dan menjadi buah tutur setiap
hari. Para jududa’wah pelu lebih memperhatikan kepentingan tulisan di berbagai
media da’wah, menjadikan media massa sebagai alat perjuangan da’wah.
Tulisan dan
bacaan adalah media da’wah yang tidak kurang vitalnya dari angkatan mujahidin
dan mubalighin yang bergerak setiap masa ke segala pelosok dunia; membuka hati
masyarakat, merebut masyarakat dari genggaman dan belenggu paham dan aliran
luar Islam. Masyarakat Islam dalam segala tingkatan, keluarga dan rumah tangga
kaum Muslimin, harus kita masuki dengan bacaan-bacaan Islam, mengembalikan
mereka kepada kehidupan Islam. [17]
B.
Media dakwah bil kitabah.
a. Pembukuan dan Media Cetak
Kini
terdapat ramai di kalangan ulama yang membukukan penulisan mereka. Dengan cara
ini, mereka akan menghuraikan secara terperinci mengenai sesuatu perbahasan
dengan mendalam. Bahkan penulisan mereka juga turut dijadikan bahan rujukan
oleh mahasiswa dan sebagainya di dalam kertas kerja mereka. Terdapat pelbagai
jenis media cetak pada masa kini. Samada surat khabar, majalah, risalah,
jurnal-jurnal dan sebagainya perlu dipraktikkan. Melalui pelbagai cara ini,
gerakan dakwah dapat tersebar luas bukan hanya di dalam kumpulan masyarakat
yang kecil malah di seantaro dunia.[18]
b.
Media Elektronik
Media
elektronik yang sesuai dengan cara penulisan kini ialah dengan melalui internet
iaitu satu jaringan popular pada masa kini lebih-lebih lagi pada golongan muda.
Kadang-kala pengaruh internet memberi kesan yang hebat kepada mereka, maka
adalah menjadi salah satu alternatif yang baik jika para pendakwah turut
menggunakan cara ini. Bukan hanya penulisan di laman-laman web, blog malah
jaringan-jaringan sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter dan sebagainya
turut memberi pengaruh yang besar pada masyarakat lebih-lebih lagi untuk
menarik perhatian remaja kini.[19]
Melihat kondisi masayarakat modern dakwah yang paling efektif adalah dakwah
yang seperti ini, tidak menimbulkan rasa bosan bagi para anak muda, tidak
terikat oleh waktu, dan bisa kapan saja diterima.
Selain daripada itu, di antara ciri yang perlu ada
dalam sesebuah penulisan untuk menerbitkan karya-karya berbentuk dakwah
Islamiyah mengikut situasi semasa ini tetapi tidak melampaui batas-batasnya.
Antara lain cara atau kaedahnya adalah[20]:
1. Penceritaan
Ternyata kini, gaya bentuk penulisan
yang bercorak penceritaan semakin diminati. Seperti contoh, karya Ustaz
Hasrizal yang bertajuk “ Aku Terima Nikahnya 1 dan 2 ” amat
laris di pasaran. Ini menunjukkan golongan kini terutamanya remaja serta belia
pertengahan usia semakin menggemari gaya penulisan dakwah yang berbentuk cerita
santai. Di samping itu, bentuk-bentuk penceritaan yang berunsurkan Islam
seperti contoh di dalam karya Habibburahman El Shirazy seperti Ayat-Ayat
Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2 banyak
menyentuh aspek kehidupan di dalam Islam sehingga menjadi bualan masyarakat
kini[21].
2. Bahasa
Untuk seseorang pendakwah mencapai tahap yang terbaik iaitu melangkahi
sampai peringkat global, seseorang pendakwah itu perlu untuk berkemahiran dalam
pelbagai bahasa antaranya bahasa yang menjadi bahasa utama dunia yaitu Bahasa
Inggris di samping penggunaan bahasa harian yang dapat dipahami masyarakat
sekeliling. Hal ini perlu jika seseorang pendakwah ini benar-benar mau berjuang
dan menakluki hati-hati betapa indahnya Islam kepada orang bukan Islam. Dengan
cara ini, mungkin ianya menjadi salah satu medium bagi orang bukan Islam
membuka minda mereka dan menerima Islam dengan hanya membaca tulisan-tulisan
ini sekaligus mereka ingin mengetahui dan mendekati Islam lagi.[22]
Secara kesimpulan, terdapat pelbagai
cara yang kreatif bersesuai dengan keadaan semasa yang perlu lagi difikirkan
para pendakwah di dalam penyebaran dakwah kini. Ianya sedikit sebanyak perlunya
kaedah psikologi bagi menawan hati-hati manusia yang penuh dengan kelalaian
dengan persekitaran semasa. Semoga dengan cara dan kaedah yang baik, penyebaran
Islam dapat lagi diperluaskan ke pelusuk dunia. Bukan tanggungjawab ini perlu
di pikul para dai tetapi oleh kita semua ummat untuk menegakkan syiar Islam .[23]
Dari uraian di atas, jelas sudah saatnya
kita timbulkan wawasan dan pemhaman bagi ummat islam tentang pentingnya dakwah
melalui tulisan dan menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat menulis artikel
keislaman.[24]
Media massa
menjadi sarana dakwah adalah media massa cetak, meliputi Koran / surat kabar,
tabloid, majalah, dan buku serta newsletter dan bulrtin. Paling tidak, umat
islam dapat menerbitkan bulletin, format paling sederhana dan paling murah
sebuah media massa seperti bulletin jumat.[25]
C. Kode etik dakwah bil kitabah
Seorang pendakwah, metode apapun
yang digunakan tentunya ada kaidah, norma, aturan, atupun kode etik yang harus
ia perhatikan dan taati, sama halnya dengan dakwah secara tulisan ini, dakwah
ini mempunyai kode eti tersendiri.
Seorang
jurnalis muslim hendaknya memiliki kode etik jurnalistik tersendiri sebagai
tuntunan ajaran agama islam. Kode etik yang dimaksud adalah sebagai berikut[26]
:
a.
Menginformasikan yang benar saja (tidak berbohong),
juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.[27]
Dalam al-quran kebenaran itu disebut
dengan istilah al-haq. Dalam al-quran, kebenaran berhubungan dengan keadilan
dan persamaan. Hal itu mengindikasikan bahwa setiap kebenaran terkait secara
inheren didalamnya keadilan dan persamaan. Dalam al-quran, al-haq dipakai untuk
menunjukan dipakai untuk menunjuk allah dan suatu pengertian yang berlawanan
dengan arti istilah bathil dan dhalal.[28]
b. Bijaksana,
penuh nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik pula. Karakter,
pola pikir, kadar pemahaman objek pembaca harus dipahami, sehingga tulisan yang
dibuat pun akan disesuaikan sehingga mudah dicerna.[29]
c. Meneliti
kebenaran berita/fakta sebelum dipublikasikan alias melakukan check and
recheck.[30]
Sebagaimana kita manusia yang telah diberikan allah akal maka alangkah baiknya
kita memanfaatkan akal kita untuk mencari kebenaran. Aspek kecerdasan manusia
yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu
pengetahuan.[31]
d. Hindari
olok-olok, penghinaan, mengejek, atau caci maki sehingga menimbulkan permusuhan
dan kebencian.[32]
e.
Hindarkan prasangka buruk (suuzhan). Dalam istilah
hukum, pegang teguh “asas praduga tak bersalah”. [33]
Sebagai
ummat islam diwajibkan atas kita menyampaikan sesuatu kebaikan sekecil apapun
itu kepada orang lain, insallah dengan memperhatikan serta menaati kode etik
dalam menulis sebuah dakwah, apa yang kita kerjakan insallah bisa bermanfaat
sampai akhir kelak kita nanti. Amin.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
a. Dakwah bil
kitabah : dakwah secara tulisan / dakwah bil qalam
b. Media dakwah bil kitabah. :
-Pembukuan dan Media Cetak
-Media Elektronik
c. Kode etik
dakwah bil kitabah :
-Menginformasikan yang benar saja (tidak berbohong)
-Bijaksana, penuh nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan
baik pula
-Meneliti kebenaran berita/fakta sebelum dipublikasikan alias melakukan
check and recheck.
-Hindari olok-olok,
-Hindarkan prasangka buruk
(suuzhan).
DAFTAR PUSTAKA
Imas, riska
(2013).
makalah materi tentang
dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar.
From file:///C:/Users/Computer/Documents/word/Dakwah%20Bil%20Kitabah%20_%20my%20world%20of%20imajination!.htm 25_03_2016
Katili, lukman (2013), pendidikan islam diperguruan tinggi, gorontalo : ideas publishing
Munir, syamsul (2008), rekontruksi pemikiran dakwah islam. Jakarta : amzah
Sulthon, muhamad (2003). Desain ilmu dakwah. Semarang : pustaka pelajar
Syamsul, asep (2003). Jurnalistik dakwah. Bandung : remaja rosda karya
Yusuf, muhamad (2007), munthakab ahadist, Yogyakarta : ash-shaff
[1] file:///C:/Users/Computer/Documents/word/Dakwah%20Bil%20Kitabah%20_%20my%20world%20of%20imajination!.htm Diakses tgl 26/03 pukul
18.00
[18] From : file:///C:/Users/Computer/Documents/word/Dakwah%20Bil%20Kitabah%20_%20my%20world%20of%20imajination!.htm di akses tgl 25-03-2016 pukul 19.00
[31] Lukman katili, pendidikan agama islam diperguruan tinggi (gorontalo: ideas publishing, 2013) hlm 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gunakan bahasa yang sopan..