LAPORAN HASIL OBSERVASI
PADA LANSIA
Dosen Pengampu
Psikologi
Perkembangan: ( ibu yunita taligancing )
Di Susun Oleh :
Rano. R. sampelan
Nim: 143022034
Kelas: kpi
Semester: 3
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN
ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena yang terjadi
di kota besar saat ini, membuat sebagian masyarakat enggan untuk mengurus kedua
orang tuanya yang sudah lanjut usia. Akhirnya dengan gampang saja, mereka
menitipkan kedua orang tuanya kepanti panti jompo disekitar. Alasan mereka
sangat sederhana, akibat terlalu sibuk dipekerjaan sehingga tidak mempunyai
waktu untuk mengasuh orang tuanya. Mereka menitipkan orang tuanya dengan maksud
supaya mendapatkan perawatan yang lebih dari setiap perawat ataupun pengurus
panti yang merawatnya. Tak heran di kota-kota besar yang padat
dengan segala bentuk aktivitasnya berdiri panti-panti yang khusus
mengurusi lansia.
1.2 Identitas dan Permasalahan Subjek
Panti Jompo identik
dengan tempat penampungan bagi orang yang sudah tua. Yang menjadi pertanyaan :
kategori orang tua bagaimana sebenarnya yang layak ditampung oleh Panti Jompo?
·
Yang memang sebatang kara dan tidak punya sanak saudara yang bisa
merawatnya.
·
Yang masih memiliki sanak saudara bahkan yang masih memiliki anak dan cucu
tapi tidak mau bisa merawatnya.
Kita semua pasti
setuju kalo orang tua tersebut layak ditempatkan di Panti Jompo dimana ada
petugas atau sukarelawan yang bisa menemani dan merawat mereka melalui
hari-hari tua mereka yang. Ada alasan mengapa sanak saudaranya tidak bisa
merawat mereka apalagi yang masih mempunyai anak atau cucu.
Seperti salah
satu penghuni panti jompo tresna werdha budi sejahtera yang saya wawancarai ini
yang berinisial :
·
Nama
: Sumiati
·
Tempat lahir
: Kediri
·
Umur
: ± 70 tahun
·
Jenis kelamin
: Perempuan
·
Agama
: islam
·
Alamat asal
: Kediri
·
Lama dipanti
: 15tahun
Beliau
dititipkan oleh majikannya kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa
kasihan karena tak ada yang mengurusnya, menurut penuturan beliau kepada saya
beliau tidak ingin berada dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di
Kalimantan Selatan, orang tua dan saudara beliau sudah meninggal. Sejak umur 10
tahun beliau dan keluarga merantau ke Kalimantan Selatan, tetapi beberapa tahun
kemudian orang tua beliau kembali ke Kediri bersama saudara-saudara beliau.
Seumur hidup beliau hanya dihabiskan untuk mengabdi sebagai pembantu rumah
tangga.
1.3 Tujuan
Observasi
Tujuan dari observasi ini
adalah untuk mengetahui kondisi fisik dan psikologis para lansia dalam
perkembangan masa dewasa lanjut khususnya
oma di kelurahan
Manfaat yang ingin dicapai
dari diadakannya observasi ini adalah menambah wawasan dalam memenuhi tugas
Psikologi Perkembangan mengenai perkembangan masa dewasa lanjut, dapat
mengetahui bagaimana cara yang lebih baik dalam menangani para lansia, baik
dari segi fisik maupun psikologisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Masalah
Ibu Sumiati adalah
salah satu penghuni panti sosial tresna werdha budi sejahtera. Ibu Sumiati ini
sudah renta sekali, beliau sudah tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang
ada dipanti sosial ini karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi, penglihatanya pun
sudah kabur, dan pendengarannya sudah tidak jelas.
Ketika saya mewancarai
ibu Sumiati ini, ada beberapa hal yang saya dapatkan walau beliau kadang
berbicaranya kadang ngelantur dan cara berbicara beliau seperti meluapkan
emosi.
Beberapa hal yang saya peroleh dari
beliau :
- Sejak ditinggal keluarga beliau bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
- Beliau dititipkan oleh majikannya kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena tak ada yang mengurusnya.
- Beliau sebenarnya tidak ingin berada dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan Selatan, orang tua dan saudara beliau sudah meninggal. Sejak umur 10 tahun beliau dan keluarga merantau ke Kalimantan Selatan, tetapi beberapa tahun kemudian orang tua beliau kembali ke Kediri bersama saudara-saudara beliau. Seumur hidup beliau hanya dihabiskan untuk mengabdi sebagai pembantu rumah tangga.
- Beliau merasa senang disini karena masih ada orang-orang yang rela merawat dan memperhatikan beliau.
- Beliau menjalin hubungan kekerabatan baik sesama penghuni panti. Ini terlihat ketika beliau kelihatan akrab saat mengobrol sambil bersenda gurau.
2.2 Kajian Teori , Analisis Keseluruhan Aspek
Terkait Psikologi Perkembangan
2.2.1 Kajian Teori/Tinjauan Pustaka
Masa Dewasa Lanjut
Usia lanjut adalah periode penutup
dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari
waktu ke waktu yang penuh dengan manfaat. Apabila seseorang sudah beranjak jauh
dari periode hidupnya yang terdahulu, maka ia akan sering melihat masa lalunya,
biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang
dan mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin.
Setiap individu pada masa
dewasa akhir/lanjut mengalami apa yang disebut dengan penuaan. Penuaan di sini
didefinisikan sebagai transformasi organisme manusia setelah usia kematangan
fisik, sehingga probabilitas kelangsungan hidup menurun dan itu disertai dengan
teraturnya transformasi atau perubahan dalam penampilan, perilaku,
pengalaman, dan peran sosial.
Akibat perubahan fisik yang
semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan
hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia seseorang,
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena
berbagai keterbatasan yang dimiliknya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya, sehingga
hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal,
seperti kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan
berkurangnya komitmen.
Tugas dan Karakteristik Perkembangan
Pada Masa Usia Lanjut
Tugas
perkembangan pada masa usia lanjut meliputi :
1. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisik
dan kesehatan.
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun
dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian
pasangan hidup.
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang
yang seusia.
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik
yang memuaskan.
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial
secara luwes.
Karakteristik
perkembangan pada masa usia lanjut :
1. Karakteristik
Perubahan Fisik
a. Terjadi perubahan sel primer.
b. Terjadi perubahan sel di otak.
c. Terjadi perubahan di otak.
d. Terjadi perubahan di jaringan.
e. Terjadi perubahan di panca indera.
f. Terjadi perubahan seksual.
g. Terjadi perubahan bentuk tubuh, seperti
daerah kepala, tubuh, dan persendian.
2. karakteristik
Perubahan Kognitif
a. Terjadi perubahan belajar.
b. Terjadi perubahan kreativitas.
c. Terjadi perubahan ingatan.
d. Terjadi perubahan mengenang.
e. Terjadi perubahan pembendaharaan kata.
3. karakteristik
Perkembangan Sosioemosional
a. Merupakan periode kemunduran fisik dan
mental.
b. Perubahan peran.
c. Penyesuaian yang buruk.
d. Keinginan menjadi muda kembali sangat
kuat.
e. Perubahan minat
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perubahan Karakteristik
Faktor-faktor yang
mempengaruhi penuaan disebutkan dalam Teori Biologis yang dapat dibagi dalam :
1. Teori genetik
2. Teori non-genetik, seperti teori radikal
bebas, teori cross-link, teori kekebalan, dan teori fisiologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan kognitif pada masa usia lanjut :
1. Kesehatan
2. Status sosial
3. Status ekonomi
4. Tempat tinggal
5. Seks
6. Status pernikahan
7. Nilai
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sosioemosional pada masa usia lanjut :
1. Teori Pelepasan (disengagement theory)
Mengacu
ke sebuah proses terelakkan, di mana banyak hubungan antara seseorang dan
anggota masyarakat yang putus dan yang tersisa yang berubah dalam kualitas.
Penarikan dapat diprakarsai oleh penuaan orang atau oleh masyarakat, dan dapat
parsial atau total. Itu membuktikan bahwa orang tua kurang terlibat dengan
kehidupan dibandingkan dengan mereka yang lebih muda.
2. Teori Life-Course
(life-course theory)
Maksudnya
bagaimana agar pada masa dewasa akhir ini seorang individu mengalami penuaan
yang berhasil dan tidak melewatkan satupun tugas perkembangannya.
3. Teori
Aktivitas (activity theory)
Teori ini
menekankan pentingnya berkesinambungan dengan kegiatan sosial. Semakin aktif
dan terlibat orang-orang dewasa lanjut, semakin kecil kemungkinan mereka
menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupan
mereka.
4. Teori
Kesinambungan (continuity theory)
Menyatakan
bahwa orang lanjut usia mencoba untuk melestarikan dan menjaga struktur internal
dan eksternal dengan cara menggunakan strategi yang menjaga kesinambungan. Itu
berarti bahwa orang tua dapat mencoba menggunakan strategi yang familiar dalam
bidang kehidupan. Kontinuitas terori memiliki potensi yang sangat baik untuk
menjelaskan bagaimana orang menyesuaikan diri dengan penuaan mereka sendiri.
Orang dewasa cenderung menggunakan kontinuitas sebagai strategi adaptif untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi selama penuaan yang normal.
2.2.2 Analisis Keseluruhan Aspek terkait Psikologi Perkembangan
Ditinjau
dari segi umur Ibu Sumiati, beliau berada pada tahap lanjut usia (elderly)
yang berkisar antara 60 – 74 tahun (menurut WHO). Dimana lansia (lanjut usia)
adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini,
dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati.
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia
baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia ,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan
regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit,
sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Penurunan ini terutama penurunan yang terjadi pada kemampuan otak, dalam
Al-Qur’an juga telah diterangkan dalam surat An-Nahl ayat 70 yaitu :
Artinya: “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di
antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah
(pikun), supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. An –Nahl
ayat 70)”
Selain di
kategorikan umur, Ibu sumiati juga sudah memenuhi ciri-ciri perkembangan lanjut
usia (menurut Hurlock), antara lain:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang
kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2.
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat
klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia me mbuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
Penurunan Fisik Lansia
Ditinjau dari fisik ibu Sumiati, beliau sudah mengalami kemunduran fisik antara
lain beliau sudah tidak mampu lagi berjalan, berdiri lama, duduk lama di
karenakan penyakit rheumatic beliau derita, kulit keriput, penurunan
penglihatan dan pendengaran dan lain sebagainya.
Penuaan
membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat
berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung
menjadi telihat pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan
kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini
merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh
lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput
yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri
yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat
pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan
konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia
ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang
mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini
mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga
menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan
gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh
lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.
Alat-alat indra perseptual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan
usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami
kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang
lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan
untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata.
Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang.
Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktivitas, atau bahkan
interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami
perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk.
Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya
menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi
perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi
karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya
usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit
air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang
sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran
ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan
cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan
apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung
berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang
dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah.
Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk
mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang
jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan
pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan
sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut.
Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari
stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan
keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari
perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder
atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya
(J.W.Santrock, 2002 :198).
Dari penjelasan di atas
dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi
berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi
kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata
yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan
fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah :
1.
Daerah kepala
- Hidung menjulur lemas
- Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi
- Mata kelihatan pudar
- Dagu berlipat dua atau tiga
- Kulit berkerut dan kering
- Rambut menipis dan menjadi putih
2.
Daerah Tubuh
·
Bahu
membungkuk dan tampak mengecil
·
Perut
membesar dan tampak membuncit
·
Pinggul
tampak menggendor dan tampak lebih besar
·
Garis
pinggang melebar
·
Payudara
pada wanita akan mengendor
3.
Daerah persendian
·
Pangkal
tangan menjadi kendor dan terasa berat
·
Kaki
menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol
·
Tangan
menjadi kurus kering
·
Kaki
membesar karena otot-otot mengendor
·
Kuku
tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.
Pada umumnya perubahan pada masa
lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integument.
Penurunan kognitif pada lansia
Ditinjau dari kognitif Ibu Sumiati, beliau mengalami penurunan dalam meproses
informasi namun beliau masih mengingat kejadian-kejadian lampau yang pernah
beliau alami.
Ada 3 komponen penting
yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara lain sebagai berikut :
1. Pendidikan
Fasilitas pendidikan,
semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi
sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi
positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan
informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993). Dinegara-negara
maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih
tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
- Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya
- Ingin mempelajari perubahan social dan teknologi yang dirasakan mempengaruhi kehidupannya.
- Ingin menemukan pengetahuan yang relevan dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya.
- Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
Ibu Sumiati hanya
mengenyam pendidikan sampai kelas 3 sekolah dasar di Kediri. Pendidikan yang
kurang dialami Ibu Suami menjadi salah satu faktor penurunan kognitif pada
beliau.
2. Pekerjaan
Searah dengan kemajuan
teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke
orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak
tenaga dewasa lanjut yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak
mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Ibu Sumiati yang sejak
remaja hingga dewasa bekerja sebagai pembantu rumah tangga cenderung membuat
kompetensi beliau tidak tergali. Sehingga pekerjaan beliau hanya sebatas
pembantu rumah tangga saja.
3.
Kesehatan
Dari hasil penelitian
kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu
(Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan
bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes
WAIS pada individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971).
Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler &
Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada
orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh factor-faktor yang
terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
Gaya hidup individu
juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian
ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kecakapan
kognitif pada Subjek pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith
& Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran,
ingatan dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang/tidak pernah
berolah raga.
Seperti yang dialami
Ibu Sumiati, kondisi kesehatan beliau mulai menurun, beliau tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Untuk berjalan saja beliau susah,
apalagi untuk melakukan kegiatan olahraga. Inilah salah satu penghambat
kemampuan intelektual beliau.
Perkembangan Emosional
Ketika saya mewancarai
ibu Sumiati ini, ada beberapa hal yang saya dapatkan walau beliau kadang
berbicaranya kadang ngelantur dan cara berbicara beliau seperti meluapkan
emosi.
Memasuki masa tua, sebagian
besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut,
sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan
memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih,
tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit
yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya
usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan
mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah.
Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung
menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian
diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk
menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis
yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Perubahan Kemampuan Mental pada Usia
Lanjut
Pada masa lalu diduga bahwa
kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik.
Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah ditunjukan
dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut
dapat meningkatkan kemampuan berfikir, mempelajari bahan baru, menghafal,
mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi intelektual. Pada
pihak lain beberapa kondisi pathologis seperti tekanan darah tinggi, mengarah
pada hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun menurut Wilkie
dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan merupakan bagian dari
proses ketuaan yang normal (Hurlock, 1980).
Namun, tidak ada usia tertentu
yang dianggap sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan tidak ada pola
khusus dalam penurunan mental yang berlaku untuk semua orang.
Ditinjau dari kondisi Ibu
Sumiati, penurunan kemampuan mental pada beliau tidak terlalu signifikan. Ini
dikarenakan beliau masih mampu mengingat hal-hal yang terjadi pada masa lalu
dan masih bisa melakukan kegiatan yang ada di panti sseperti membuat kerajinan
tangan.
Lingkungan Sosial Orang Dewasa Lanjut
Menurut Santrock (2002) Tiga teori yang
menonjol, yaitu :
a.Teori pemisahan (disangagement
theory)
Teori pemisahan menyatakan bahwa
orang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat
(Cumming & Henry (2002), dalam Santrock).
Penurunan interaksi sosial dan
peningkatan kesibukan terhadap diri sendiri dianggap mampu meningkatkan
kepuasan diantara orang-orang dewasa lanjut, rendahnya semangat juang akan
mengiringi aktivitas yang tinggi dan pemisahan tidak dapat dihindari bahkan
dicari-cari oleh orang usia lanjut. Serangkaian penelitian gagal mendukung
penelitian ini (Maddox, 1968; Neugarten, Havighurst & Tobin, 1968;
Reichard, Levson & Peterson, 1962). Ketika individu terus hidup secara
aktif, energik, dan produktif sebagai orang dewasa lanjut, kepuasan hidup
mereaka tidak menurun; sering kali tetap meningkat.
Ditinjau dari lingkungan sosial
ibu Sumiati tidak terlihat ada pemisahan antar mereka. Namun, jika ditinjau
dari keseluruhan sangat jelas terlihat pemisahan itu, karena mereka kelompok
minoritas lanjut usia yang dipisahkan dari lingkungan masyarakat.
b.Teori aktivitas (activity theory)
Teori aktivitas menyatakan
semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil mereka
mersa renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya.
Teori ini menyatakan bahwa individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran
masa dewasa tengahnya disepanjang masa dewasa akhir; jika peran-peran itu
diambil dari mereka (PHK), penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran
pengganti yang memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan.
Ditinjau dari aktivitas yang ada
di lingkungan ibu Sumiati, aktivitas mereka sangatlah dibatasi. Mereka hanya
boleh melakukan aktivitas di lingkungan wisma mereka masing-masing. Padahal itu
hanya akan membuat mereka tidak puas dengan kehidupan karena mereka tidak bisa
langsung beraktivitas dengan masyarakat. Tetapi, dengan adanya kegiatan setiap
minggu, yang dilakukan oleh beberapa orang untuk memberikan keterampilan kepada
para lansia. Itu akan mengganti keterlibatan mereka dalam masyarakat.
c. Teori rekonstruksi gangguan sosial (social
breakdwown-reconstruction theory)
Teori ini menyatakan bahwa
penuaan dinyatakan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandang
negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut yang tidak
memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi
dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan
menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Gangguan sosial
dimulai dengan pandangan dunia sosial yang negatif dan diakhiri dengan
identifikasi serta pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak
mampu. Masyarakat melihat orang tua sebagai tidak mampu dan kuno.
Social Breakdown
• Struktur masyarakat yang tidak
memberikan kesempatan pada lansia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
• Masyarakat mengembangkan stereotip
negative para lansia
Menurut saya Social Breakdown ini sering terjadi pada para lansia yang
berada langsung dalam ruang lingkup masyarakat. Seperti yang pernah
dialami Ibu Sumiati, sebelum beliau berada dipanti. Beliau bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Itu berarti Ibu Sumiati tidak diberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi. Jika masyarakat tidak mengembangkan streotip negatif
kepadapara lansia. Maka mereka pun masih bisa melibatkan diri dalam kegiatan
yang ada dalam masyarakat baik langsung maupun tidakk langsung.
Social Recontruction
• Struktur masyarakat yang memberi kesempatan
pada lansia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
• Masyarakat memberi kesempatan pada
lansia sebagai bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat.
Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada lansia dalam lingkungan
masyarakat, mereka berada dalam panti sosial tresna werdha ini mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Seperti ibu Sumiati yang
mendapatkan kegiatan pelatihan keterampilan tangan seperti menyulam, membuat
bross, dan keterampilan lainnya. Secara tidak langsung mereka yang berada di
panti sudah bisa turut aktif dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu Sumiati dititipkan
oleh majikannya kepanti jompo ini dikarenakan majikannya merasa kasihan karena
tak ada yang mengurusnya, menurut penuturan beliau kepada saya beliau tidak
ingin berada dipanti namun karena tidak memiliki keluarga di Kalimantan
Selatan, orang tua dan saudara beliau sudah meninggal. Selain itu beberapa anak
menitipkan orang tuanya kepanti sosial dikarenakan sibuk bekerja, sehingga si
anak lebih memilih minitipkan orang tuanya ke panti werdha agar ada yang
mengurusnya.
Panti Werdha menjadi pilihan
yang baik untuk menikmati hari tua. Pandangan masyarakat tentang Panti Werdha
dan orang tua yang dititipkan di sana agaknya perlu diluruskan. Orang tua yang
dititipkan di Panti Werdha tidak berarti mereka terbuang, mereka tetap memiliki
keluarga yang merupakan bagian penting dari keberadaannya.
Di panti
werdha mereka menemukan teman yang relatif seusia dengannya di mana mereka
dapat berbagi cerita karena keberadaan lansia yang ada di panti ini memiliki
karakter dan problema yang berbeda-beda, maka perlu penanganan khusus.
Di tempat
ini mereka diberikan hal-hal yang positif seperti program-program pelayanan
sosial yang bisa memberikan kesibukan untuk mereka sebagai pengisian waktu
luang, diantaranya pemberian bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual (seperti
pembacaan yasin, maulid, ceramah, dan lain-lain), penyaluran bakat dan hobi,
senam, dan banyak kegiatan lainnya. Selain itu, mereka juga mendapatkan
pelayanan dari para pekerja sosial untuk bisa menjalani hari-harinya dengan
ceria.
3.2 Kritik dan Saran
Sebenarnya, yang dibutuhkan para lansia disana mungkin bukan sumbangan
kebutuhan pokok walaupun tidak diragukan hal tersebut memang diperlukan, tapi
mungkin kebutuhan bagi rohani mereka ada seseorang yang bisa mendengarkan
mereka berbicara maupun saling berbagi. Memang ada petugas tapi mereka juga
tidak mungkin memberikan perhatian kepada tiap-tiap orang tua.
Semoga kita dapat menyadari betapa besar jasa orang tua kita dan tolong
jangan sampai pernah berpikir untuk mengirim orang tua yang telah bersusah payah
membesarkan kita ke Panti Jompo. mari kita lebih menghargai orang
tua kita, ungkapkan terima kasih kita, kalo gak ada mereka kita gak mungkin bisa
jadi kita yang seperti in
DAFTAR PUSTAKA
- Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga.
- Santrock, John W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid 2). Jakarta : Erlangga.