Senin, 28 Maret 2016

makalah sejarah dakwah- pola dakwah diafrika utara





SEJARAH DAKWAH
POLA PERKEMBANGAN DAKWAH DIAFRIKA UTARA

http://buku-on-line.com/wp-content/uploads/2012/04/Logo-IAIN-Sultan-Amai-Gorontalo.jpg
DISUSUN OLEH :

RAHMAT ABAS
NURHALIMA RUIBA


JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULLDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TA. 2016-2017







KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,  syukur kepada allah yang telah memberikan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, suri teladan yang telah membawa kita dari jaman kebodohan kezaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
 Pada kesempatan kali ini,dengan penuh syukur kami mengucapkan terimah kasih  kepada kedua orang tua kami atas segala doa dan harapan besar yang harus kami pertanggung jawabkan. kami merasa sangat berharga dengan semua itu sehingga dengan penuh semangat bias menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Meskipun demikain, tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu,segala kesalahan dan kekhilafan yang ada mohon di malumi.


















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Afrika Utara merupakan daerah yang sangat penting bagi penyebaran Agama Islam di daratan Eropa. Ia menjadi pintu gerbang masuknya Islam ke wilayah yang selama berabad – abad berada dibawah kekuasaan Kristen, sekaligus “benteng pertahanan” Islam untuk wilayah tersebut. Ketika wilayah ini menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Oslam dibawah kepemimpinan para panglima Arab dibentuklah sebuah pasukan barbai yang ditugaskan memelihara wilayah Spanyol hingga sebelah utara Saragossa dan Ghalia Selatan.  Pada perkembangan selanjutny, ketika terjadi keganasan pasukan Kristen yang berusaha mengusir kaum muslim dari Andalusia, para pengungsi yang berdarah Arab yang dikenal Maghribi Barbar berangkatdalam jumlah besar – besaran menuju Afrika Utara.
B.     Rumusan masalah
a.       Kedatangan islam diafrika utara
b.      Peradaban islam diafrika utara















BAB II
PEMBAHASAN
A.KEDATANGAN ISLAM DI AFRIKA UTARA
Kehidupan masa lalu Afrika Utara adalah sebuah kehidupan masyarakat pedesaan yang bersifat kesukuan, Nomad (berpindah – pendah tempat) dan Patriarkhi. Ketika daerah ini berada dibawah kekuasaan Romawi, tak pelak pengaruhnya semangat besar bagi masyarakat Barbar. Umumnya mereka dipengaruhi para elit kota yang mengadopsi bahasa, gagasan, dan adat istiadat para penguasa. Tetapi, elit – elit ini tidak banyak, selanjutnya setelah orang – orang Vandal (Barbar) memperoleh kemenangan, pengaruh Romawi disebagian besar Afrika mulai berhenti, kecuali pengaruh ekonomi dan peradaban Barbar lama secara bertahap muncul kemballi.
Islam masuk wilayah Afrika Utara pada saat daerah itu berada dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi, sebuah imperium yang amat luas yang melingkupi beberapa Negara dan berjenis – jenis bangsa manusia.
Kekhalifahan Umar bin Khatab, pada tahun 640 M, ’Amr bin Al Ash berhasil memasuki Mesir. setelah sebelumnya mendapat ijin bersyarat dari khalifah Umar untuk menaklukan daerah itu.
               Pada masa kekhalifahan utsman bin Affan penaklukan Islam sudah meluas sampai ke Barqah dan Tripoli. Penaklukan atas kedua kota itu bertahan lama, dimaksudkan untuk menjaga keamanan daerah Mesir. Penaklukan itu tidak bertahan lama, karena gubernur Romawi mendudukii wilayah – wilayah yang telah ditinggalkan itu. Namun, kekejaman dan pemerasan yang mereka lakukan telah mengusik ketentraman penduduk asli, sehingga tidak lama. Kemudian penduduk asli sendiri memohon kepda orang – orang muslim untuk membebaskan mereka dari kekeuasaan Romawi. Permohonan mereka itu disanggupi oleh khalifah sepeninggalan Utsman yang pada waktu itu sudah berpindah ke tangan Muawiyah bin Abi Sufyan,, khalifah pertama Daulah Bani Umayah. pukulan terakhir pada pasukan Romawi di Afrika Utara, dan mempercayakan tugas ini kepada seorang panglima yang masyhur, ‘Uqbah Ibn Nafi’ Al Fihri (w. 683 M), yang telah menetap di Barqah sejak daerah itu ditakhukan.
Pada tahun 50 H / 670 M ‘Uqbah mendirikan kota militer yng ter masyhur, Qoirawan di sebelah Selatan Tunisia. Tujuannya adalah untuk mengendalikan orang – orang Barbar yang ganas dan sukar diatur, dan juga untukmenjaga terhadap pasukan – pasukan yang dilakukan oleh orang – orang Romawi dari laut.
Akan tetapi pada tahun 683 M orang – orang Islam di Afrika Utara mengalami kemunduran yang hebat, karena orang – orang Barbar dibawah kepemimpinan Kusailah. Bangkit memberontak dan mengalahkan ‘Utbah. ‘Utbah dan seluruh pasukannya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu orang – orang Ilsam tidak berdaya mengembalikan kekuasaannya di Afrika Utara, karena selain berhadapan dengan bangsa Barbar, mereka yang harus berhadapan dengan bangsa Romawi yang memanfaatkan kesempatan dalam pemberontakan Kusailah tersebut.
Pada saat pemerintahan dipegang oleh Abdul Malik Ibn Marwan (685 – 705 M), Daulah Bani Umayah mulai bangkit kembali untuk merebut Afrika Utara. Dia mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Hasan Ibn No’man Al ghassani untuk memulihkan prestise Islam yang hilang.

Pasukan ini berhasil menumpas tentara Romawi dan menghalau mereka dari Afrika Utara, serta berhasil menindas perlawanan bangsa Barbae. Sejak itu Afrika Utara dan daerah Maghribi tidak lagi termasuk lingkungan daerah Mesir, tetapi telah berdiri sebagai wilayah yang diperintah ileh seorang gubernur yang diangkat oleh Khalifah.

B.PERADABAN ISLAM MODERN DI AFRIKA UTARA
          Menurut Ira M. Laoidus, termasuk dalam wilayah Afrika Utara adalah Negara Aljazair, Tunisia, Maroko Dan Libya. Mesir tidak termasuk dalam wilayah ini walaupun secara geografis terletak di wilayah tersebut. Ini disebabkan karena Mesir mempunyai sejarah yang sangat berbeda dengan keempat negara tersebut di atas. Oleh karna itu, Mesir akan didiskusikan dalam bab tersendiri.
          Berkaitan dengan awal periode modern, Harun Nasution telah memberikan gambaran bahwa periode itu dimulai dari abad ke–18 hingga sekarang. Akan tetapi dalam kesempatan ini, focus dari tulisan ini adalah abad ke-19 dan ke-20 saja, abad kebangkitan dan keberhasilan Negara-negara Afrika Utara dalam menciptakan peradapan-peradapan islam modern.
Kondisi sosial politik, yang kurang setabil pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 berpengaruh banyak dan sebenarnya kurang kondusif terhadap pertumbuhan dan perkembangan peradapan baru di negara-negara Afrika Utara. Insta-bilitas ini terjadi disebabkan oleh paling tidak dua hal. Yang pertama adalah konflik internal: perebutan popularitas antara kelompok sufi dan politisi, kelompok sufi dan ulama dan antar politisi. Yang kedua adalah intervensi pihak asing, terutama Negara Perancis untuk selain Libya, dan Italia untuk Libya. Intervensi ini selanjutnya menempatkan kedua Negara itu menjadi protectorate, dan bahkan colonial.
          Proses pertumbuhan dan pekembangan peradaban-peradaban baru di Afrika Utara mempunyai keunikan tersendiri. Di sebagian Negara, proses itu berlangsungsecara reformis, namun terutama di Libya, prose situ cukup revolusionner.

1.      AL JAZAIR
a.Situasi Social-Politik Awal Periode Kolonisasi
      Pada tahun 1830, pemerintahan Charles X (Perancis), didorong oleh kepentingan militer untuk merestorasi prestige politiknya setelah kekalahannya dalam perang Yunani dan didorong oleh kepentingan perdagangan Marseille, menginvasi Al jazair. Pemerintahan Charles dapat menduduki Al jazair dan kota-kota pantai lainnya. Perancis semula enggan melakukan penaklukan atas daerah-daerah liannya karena biaya yang akan diperlukan cukup besar. Akan tetapi, dalam masa-masa berikutnya Penguasa Perancis tidak hanya menduduku tempat-tempat yang penting, tetepi juga meguasai seluruh wilayah Al jazair.
       Akibat keengganan Perancis itu, muncullah pemimpin-pemimpin local dengan Negara-negara barunya. Di antara adalah Abdul Qadir, anak pemimpin tarekat Qadiriyyah. Dia mendirikan satu Negara Muslim di Al jazair Barat. Pada tahun 1832, dia mendeklarasikan diri sebagai pemimpin orang-orang Arab dan bertanggung jawab untuk mengaplikasikan hukum islam di wilayah dan menyatakan perang terhadap pemerintah Perancis.
         

        Untuk mendapatkan dukungan mayoritas penduduk setempat, Abdul Qadir  melakukan pembentukan image public dengan langkah-langkah berikut: dia mempertahankan image kesufiannya yang asketik, tidak minum alcohol, bepenampilan sederhana dan mengikuti modek hidup Nabi. Dia menunjuk khalifah – khalifah bawahan untuk urusan militer, keuangan dan judicial. Dibawah para khalifah ada aghast, yang merupakan kepala suku. Tidak kalah pentingnya adalah bahwa dia juga membentuk angkatan bersenjata yang selalu siap tempur.
Dari tahun 1832 – 1841, Abdul Qodir bersikap keras dan lunak terhadap penguasa Perancis. Sesekali dia menyatakan perang, tapi terkadang dia setuju untuk berdamai sebagai suatu strategi yang komprehensif demi suku – suku yang ada di Al Jazair. Akan tetapi, pada tahun 1841 Jenderal Bugeaud memutuskan untuk menguasai Al Jazair dan menjadikannya sebagai koloni Perancis.sebagai konsekuensinya, Bogeaud mendeportasi Abdul Qadir ke Perancis dan kemudian ke Damaskus.
Ambisi bugeaud semakin tak terkontrol. Dia bahkan melakukan pembasmian masal. Dia merusak kebun buah – buahan, membakar lahan pertanian dan menghancurkan kampong – kampong penduduk. Pembasmian ini dan pendeportasian Abdul Qodir memicu penduduk Al Jazair untuk mengadakan pemberontakan . di Al Jazair Utara, pada tahun 1894 Bu Zian, seorang Syekh pendukung Abdul Qodir, menentang perpajakan dan control Perancis terhadap Al Jazair. Pada tahun 1895, seorang pemimpin tarikat Rahmaniyah, menyatakan jihad terhadap kesewenang – wenangan Perancis di wilayahnya. Selanjutnya, pada tahun 1879 Muhammadiyah Amzian, yang menyatakan dirinya sebagai Mahdi, menyerang para pegawai pemerintahan local.
Tidak hanya di Al Jazair Utara, dibagian Selatan pun pemberontakan – pemberontakan serupa pun terjadi. Pada tahun 1851 – 1855 dan 1871 – 1872 pemberontakan – pemberontakan itu dilakukan oleh para penggembala unta, yang berusaha menjaga jalur – jalur menuju Oase Utara dan menyerang para pegawai pemerintahn. Disamping itu, para penggembala domba pun melakukan pemberontakan (sabotase – sabotase ) terhadap beberap akses ke pasar dan menghindari ketergantungan ekonomi (pada penguasa Perancis). Pada tahun 1870 – 1871, perlawanan – perlawanan dan pemberontakan itu semakin besar dan akhirnya bersifat masal. Al Mukroni, seorang kepala suku – suku al jazair, yang didukung oleh tarekat Rahmaniyah memimpin pemberontakan masal itu. Namun, pemberontakan itu dapt dipatahkan.

b.Gerakan reformasi awal abad ke-20 : Abd Al Khamid Ibn Badis
       Setelah pemberontakan masal yang dipimpin Al Muqrani dapat dilumpuhkan oleh penguasa Perancis, semangat penduduk Al Jazair untuk menentang system colonial semakin jelas. Namun demikian, para elit mereka terbagi kedalam tiga komponen. Mereka adalah para alumni sekolah – sekolah Perancis – Arab yang berharap penuh terhadap adanya integrasi dengan masyarakat PErancis dengan tetap menjaga identitas social dan legal mereka sebagai muslim. Komponen yang lain adalah elit yang lebih radikal dan lebih nasionalis orientasinya. Bila kelompok pertama tidak menuntut kemerdekaan dari penguasa Perncis, kelompok terakhir ini menuntut sebaliknya. Komponen terakhir adalah para pemimpin gerakan reformasi Islam.

Komponen terakhir memberikan kontribusi tidak sedikit untuk pertumbuhan dan perkembangan peradaban di Al Jazair. Pemimpin dari kelompok terakhir ini adalah Abd Al Khamid Ibn Badis.
Dia adalah salah satu pemimpin gerakan reformasi Islam dan gerakan kebangkitan identitas budaya Arab yang cukup penting. Pemikirannya banyak terinspirasi oelh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho. Disamping itu, di abegitu menekankan pentingnya kembali pada Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sumber keimanan dan keperluan hidup orang Islam. Pada tahun 1931, Ibn Badis mendirikan Asosiasi Ulama Al Jazair dengan tujuan untuk melakukan reformasi dan membangkitkan Islam di Al Jazair. Mereka mencela pemujaan terhadap orang – orang suci – wali, terhadap kepercayaan pada keajaiban; dan memberikan argument rasional untuk mendemistifikasi gerakan tarekat sufi pedesaan. Melalui konferensi dan kelompok diskusi gerakan ini mempropagandakan prinsip – prinsip Islam dan budaya Arab. Gerakan ini mensponsori gerakan kepanduan, mendirikan sekolah yang memadukan pengajaran Al Qur’an, Bahasa Arab, Sejarah Al Jazair, Lagu – lagu patriotic, Bahasa Prancis, Aritmatika dan Geografi untuk menanamkan konsep cinta tanah air Al Jazair. Gerakan reformasi ini juga telah dapat mendirikan institute Islam Merdeka di Batna.
Gerakan reformasi juga mempunyai satu konsep politik sendiri. Mereka menyatakan bahwa meskipun Al Jazair merupakan bagian dari jajahan Prancis, Al Jazair adalah satu bangsa Arab Muslim.

c.Al Jazair setelah Merdeka : Rezim Ibn Bella, Boumedienne, dan Ibn Jadid
Setelah Al Jazair menjadi Negara merdeka pada tahun 1962. Struktur masyarakatnya tidak berpola sama sekali. Tidak ada peraturan di antara kamu elit dan tidak ada ideology yang jelas. Walaupun begitu, kongres Tripoli yang disetujui pada bulan Juli 1962 telah menghasilkan biro politis yang dipimpin oleh Ibn Bella. Selanjutnya, biro politis ini membentuk Konstituante Nasional untuk membuat satu konstitusi. Ibnu Bella kemudian ditetapkan sebagai presiden dan meresmikan satu Konstitusi Sosialis. Selanjutnya, Ibn Bella melakukan control yang cukup ketat terhadap lawan-lawan politiknya melalui partai dan birokrasinya. Akan tetapi, control itu tidak cukup untuk meredam munculnya kudeta. Pada tahun 1965 Jendral Boumediane memimpin kudeta tersebut dan dia menjadi presiden Al Jazair pada tahun yang sama.rezim baru ini memfokuskan diri pada pembangunan sector ekonomi kota dan industry dengan memanfaatkan pendapatan dari minyaknya. Pada tahun 1967 perusahaan – perusahaan tekstil, kaca dan asuransi Negara didirikan. Pada tahun 1971 Al Jazair menasionalkan industry gasnya investasi dibuka untuk industry petrokimia yang beorientasi ekspor, baja, listrik, pupuk kimia dan plastic. Pembangunan dalam bidang pertanian pun diarahkan untuk kebutuhan kebijakan industry.
Setelah Boumediane wafat pada tahun 1978 Chadli Ibn Jadid menggantikannya. Dia banyak mengubah kebijakan penguasa terdahulu. Pembangunan dan budget untuk proyek industry dikurangi, sedangkan partisipasi yang lebih besar dari perusahaan swasta dalam perekonomian nasional didukung.


Setelah mengalami tiga kepemimpinan nasional, orientasi ideologis al Jazair semakin memberikan kejelasan. Para elit terbagi pada posisi – posisi ideology mereka. Kader Ibn Bella mendukung modernisasi Negara dan pembentukan satu tatanan ekonomi sosialis. Mereka pun menjaga bahasa Prancis sebagai bahasa pemerintahan, bisnis, dan bahkan bahasa diskusi ideologis. Sementara Boumediane, meninggalkan warisan untuk identitas muslim Arab dan untuk mempererat hubungan Al Jazair, Tunisia, Maroko dan Arab Timur.

2.      TUNISIA
a.Sebelum Munculnya Protecorate Perancis di Tunisia
       Pada pertengahan abad ke-19 dalam kondisi kekuatan ekonomi Eropa yang semakin meningkat dan lemahnya kekuatan ekonomi dalam negeri, para penguasa Tunisia telah mecoba melakukan modernisasi diberbagai bidang. Ini dilakukan ketika Tunisia masih berada di bawah pengawasan Protecorate Perancis (tahun 1884).
Ahmad Bey (1837 - 1855) mendirikan sekolah Politeknik. Pada tahun 1838 dan mengundang ahli-ahli Eropa untuk melatih satu korps infantry baru. Pada tahun 1857, Muhammad Bey (1855-1859) mengumumkan secara resmi satu konstitusi yang menjamin keamanan warga Tunisia, persamaan dalam urusan perpajakan, kebebasan beragama, dan pengadilan gabungan Eropa-Tunisia. Tidak kalah pentingnya adalah bahwa Khairudin (1837-1877) telah melakukan berbagai perbaikan dalam bidang-bidang yang cukup penting.
Pertama, Khairudin telah membantu mendirikan college sadiqi pada tahun 1875 untuk melati para pegawai pemerintah, dan menunjuk para supervisor baru untuk masjid Zaetuna. Selanjutnya dia mendirikan kantor-kantor baru untuk urusan wakaf, dan mereorganisasi pengadilan muslim terutama untuk memenuhi tuntunan persamaan perlakuan orang-orang Eropa. Pebaikan juga meliputi pendirian percetakan untuk memproduksi buku-buku teks untuk pelajar-pelajar college sadiqi dan memproduksi khazanah hukum Islam klasik.

b.Tunisia Di Bawah Protecorate Perancis Hingga Merdeka
Pada tahun 1881, Perancis yang menduduki Al Jazair semenjak tahun 1830 an, memulai menguasai Tunisia. Selanjutnya Perancis telah menjadi pengawas kantor – kantor pemerintahan Tunisia pada tahun 1884. Pemerintah Perancis selanjutnya mendirikan system yudisial baru untuk orang – orang Eropa dengan tetap menjaga pengadilan syariah untuk kasus – kasus yang berkaitan dengan orang – orang Tunisia.
Pemerintah Perancis pun turut campur dalam system pendidikan Muslim Tunisia. Pada 1898, Perancis mencoba mereformasi lembaga pendidikan Masjid Zeutuna dengan memasukan subyek – subyek modern dan metode – metode pedagogis. Akan tetapi, reformasi dalam subyek hukum Islam banyak ditentang oleh para ulama.
Kelompok pemuda itu melakukan berbagai reformasi, mereka mensponsori reformasi hukum Islam, pendidikan, dan administrasi wakaf serta sekolah Al Qur’an yang didalamya diajarkan, aritmatika, geografi, sejarah dan Bahasa Prancis, dan Al Qur’an dan Bahasa Arab. Pada 1907,  

untuk mengekspresikan aspirasi politiknya kelompok pemuda ini membuat jurnal : The Tunisisan.
Pada 1920, Abdul Aziz al Tha’alibi seorang jurnalis Arab menjadi pemimpin partai Destoue. Partai ini banyak didominasi alumni Zaetuna yang beridentitaskan Muslim Arab Konservatif. Habib Boruguiba dan Mahmud Materi telah memberikan corak politik yang berbeda dengan kelompok konservatif. Dua figure yang terakhir ini telah membuat partai Destour lebih inspiratif, aspiratif, militant, teroganisir dan secara ideologislebih terpadu untuk menentang penguasa Perancis.
Pada tahun 1932 Bourguiba menuntut kemerdekaan Tunisia dan menawarkan perjanjian persahabatan untuk menjamin kepentingan Perancis. Pada 1934 Bourguiba dan kelompoknya mengambil alih pimpinan partai dan membuat partai Neo Destour dengan Materi sebagai presidennya dan Bourguiba sebagai sekretaris jendralnya. Selanjutnya pada tahun 1938, pemberontakan terhadap penguasa Perancis terjadi, dan Bourguiba dimasukan ke dalam penjara.
Akhirnya pada tahun 1955, pemerintah Perancis mengakui otonomi Tnisia. Ini terjadi dikarenakan beberapa hal. Pertma, pemberontakan yang terjadi semakin meningkat. Kedua, karena tertekan diplomatis di PBB. Selanjutnya dpada tahun 1956 Prostectorate Perancis di Tunisa dihapus. Dengan demikian Tunisia menjadi Negara yang merdeka.

c.Tunisia Setelah Merdeka : Masa Rezim Bourguiba
Terbentuknya Tunisiasebagai Negara merdeka (1956) diikuti dengan konsolidasi kekuasaan Bourguiba secara cepat. Dalam bidang ekonomi Rezim Bourguiba mencoba menerapkan kebijakan ekonomi baik kapitalis maupun sosialis. Akan tetapi, kebijakan tersebut tidak didasari oleh ideology yan gjelas dan control yang cukup dari pemerintahan dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat, sehingga kebijakan tersebut tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Disamping itu, Rezim ini mencoba mensekulerkan masyarakat Tunisia. Dia melakukan gebrakan melalui Undang – Undang Status Pribadi yang menggantikan hukum Qur’an dalam bidang perkawinan, perceraian dan pemeliharaan anak. Rezim ini juga mengadakan pengadilan sekuler, diantaranya melarang poligami, membuat hukum sipil pernikahan dan perceraian dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan pun diterapkan langkah – langkah tersendiri. Lembaga Zaetuna diposisikan dibawah jontrol mentri pendidikan, dengan menyatukannya dengan Universitas Tunis yang didirikan Bourguiba pada tahun 1958. Sekolah – sekolah agama pun menyerap system pendidikan umum.
Rezim ini juga mendukung kesamaan hak untuk wanita. Emansipasi wanita ini terlihat dalam partisipasi mereka diberbagai tempat kerja dan dibidang seperti pabrikm kantor, pelayanan kesehatan sebagai perawat, pengajaran dan lainya. Emansipasi ini terjadi sesuai dengan keadaan social yang ada.




3. MAROKO
a. Situasi Sosial Politik Dibawah Protectorate Perancis
     Penetrasi ekonomi Eropa ke Negara Maroko pada akhir abab ke-19 telah menumbangkan Negara Maroko dan menyebabkan Protectorate Perancis dan Spanyol yang hanya mengontrol beberapa wilayah tertentu pada tahun 1912. Munculnya Protectorate Perancis ini berdsarkan perjanjian Fez yang ditandatangani oleh pemerintah Prancis dan Sultan Maroko, Mawlay Abdul Hafiz. Perjanjian ini mengijinkan Perancis bertindak atas nama Maroko. Selanjutnya penguasa PErancis dibawah Jenderal Marshal Lyautey, membawahi Sultan dan para Qaid, mengontrol pada suku, mengintimidasi mereka secara militer, mengambil lahan – lahan pertanian, dan mengancam untuk membuat mereka kelaparan. Suku – suku itu diapaksa untuk membayar pajak.
Penguasa Perancis mengontrol para elite agama. Menyikapi kebijakan penguasa Perancis ini, banyak pemimpin gerakan sufi yang menerima otoritas Perancis, membantu Perancis menundukan wilayah – wilayah kesukuan dan menjaga perdamaian antar penduduk desa. Akibatnya, prestige politik sufi hilang karena fungsi politis mereka menurun, dan posisi mereka digantikan oleh para birokrat pemerintah.
Terhadap orang – orang Barbar, kebijakan penguasa Perancis diarahkan untuk mendapatkan dukungan mereka bagu kekuasaan Perancis. Penguasa memandang orang – orang Barbar sebagai kelompok non Arab yang dapat dipisahkan dari penduduk Maroko secara umum, dan bersekutu dengan pemerintah Perancis. Mereka dijauhkan dari pengaruh Arab dan Islam. Memamng akibat yang diharapkan pemerintah Perancis adalah terbentuknya dua kelompok masyarakat yang menempati wilayah yang berbeda.untuk mewujudkan kebijakan tersebut, penguasa Perancis mengambil langkah – langkah yang diperlukan. Dekrit Barbar yang berdasarkan hukum adat kelompok Muslim memandang hal ini sebagai suatu hal yang pengkonversian orang orang Barbar ke agama Kristen. Dan sebagai serangan terhadap administrasi pengadilan Muslim, sehingga dapat memecah belah penduduk Maroko.
Kelompok Barbar sendidir bersikap menentang terhadap kebijakan penguasa Perancis. Komunitas Barbar menentang usaha Perancis m,endirikan pelajar Barbar mempelajari bahasa Arab bukan bahasa Perancis dan menadopsi simpati nasionalis bukan separatis. Dengan demikian, cita – cita memisahkan kelompok Barbar dari penduduk Maroko dan menjadikannya sejutu Perancis hanyalah mitos.
b. Oposisi Maroko Terhadap Kekuasaan Perancis
     Kondisi social politik penduduk Maroko dibawah Protectorate Perancis telah memberikan dampak negative yang cukup besar, terutama terhadap struktur social – politik masyarakat Maroko. Kekuasaan kepala suku dan gerakan keagamaan, karena adanya birokrat berkurang, dan bahkan hilang. Tanah pribumi sudah brpindah tangan kepada para penguasa. Tak kalah pentingnya adalah aturan – aturan penguasa PErancis yang tidak memihak sama sekali kepada kepentingan pribumi. Hal – hal ini telah melahirkan gerakan oposisi dan penentangan Maroko.
Satu penentangan yang cukup kuat dating dari gerakan reformasi keagamaan. Para reformis ini memulai gerakannyamelalui bidang pendidikan degan mendirikan sekolah – sekolah untuk

mengajarkan tata bahasa Arab, etika, logika, sejarah Islam dan aritmatika. Gerakan ini menekankan pada purifikasi Islam dan menentang penetrasi budaya Barat.
Pada tahun 1927, satu Asosiasi Pelajar Muslim Afrika Utara lahir. Asosiasi ini berusaha menyatukan sentiment Maroko. Mereka juga menyerukan nasionalisasi industry penting, sehingga Maroko bisa otonom. Selanjutnya ketika aktivis politik sudah berskala besar pada tahun 1943, para nasionalis hanya bekerja dan berfikir untuk kemerdekaan.
Pada tahun 1943, berdirilah partai Istiqlal yang dibentuk oleh Al Faz, pemimpin kelompok nasionalis dan al Wazzani, pemimpin gerakan rakyat, dan langsung menggalang dukungan masa untuk kemerdekaan MAroko. Setelah Perang Dunia II, kepemimpinan oposisi Maroko berpindah dari tangan gerakan reformis ke partai Istiqlal yang mendukung usaha Sultan Muhammad, karena komitmennya untuk Maroko yang otonom. Setelah bernegosiasi dengan penguasa Perncis, akhirnya penuasa Perancis dan Sultan menerima untuk menandatangani kmerdekaan MAroko dibawah kepemimpinan Pierre Mendes pada tahun 1956.
c.Maroko Setelah Merdeka : Di Bawah Sultan Muhmmad dan Hasan II
      Figure Sultan begitu kuat dan popular dimata Rakyat Maroko. Ini tentu berbeda dengan figure sufi yang banyak didiskreditkan karena penerimaan mereka terhadap kekuasaan Perancis. Pada tahun 1960 an rencana – rencana pembangunan mengalami kegagalan. Ini disebabkan karena lemahnya reformasi pemilikan tanah dan keterbatasan kemampuan untuk mengumpulkan pajak.
Berkaitan dengan pendidikan pada tahun 1962 an, Maroko masih mempunyai sekolah – sekolah yang cukup baik. Ada tiga tipe lmbaga pendidikan. Yang pertama adalah sekolah yang berdasarkan tipe dan skala Eropa tapi dengan pengantar bahasa Arab. Kedua adalah Masjid Universitas Qarawiyyin yang sedikit mengalami perubahan modernisasi. Ketiga adalah sekolah modern yang sudah di Marokonisasi secara penuh.

4.LIBYA
a.Kondisi social politik akhir abad ke-19 dan awal ke-20
        Berbeda dengan Negara Negara Afrika Utara liannya, Libya tidak di bawah kolonisasi Perancis, teatpi Italia. Kolonisasi di Libya terjadai pada awal abad ke-20. Pendududkan Tunisia oleh Perancis pada tahun 1881, membuat pemerintahn Turki Utsmaniharus menggunakan Tripolitania dan Libya sebagai basis untuk sebuah propaganda keagamaan yang diarahkan untuk mendorong suku – suku Tunisia untuk melawan penjajah Perancis.
Sementara itu, pada tahun 1902 pemerintah Perancis dan Inggris memberikan kekuasaan pada pemerintah Italia di Tripolitania. Pada tahun – tahun berikutnya, kantor pos dan kantor pelayanan kesehatan didirikan oleh pemerintah Italia di Tripolitania. Bahkan, perusahaan persahabatan Italia pun didirikan disana. Disamping itu, pembelian tanah yang ditujukan untuk lahan pertanian pun dilakukan.
Pada awal September 1911, persiapan militer Italia telah selesai. Selanjutya, pada Oktober , italia telah dapat menduduki pelabuhan – pelabuhan penting Libya, seperti Tubruq danTripoli. Pada

tahun 1912 dengan adanya pendudukan ini kekuasaan Utsman secara otomatis digantikan oleh kekuasaan Italia, walupun penduduk Libya lebih memilih menyukai penguasa Utsmani. Dan mulailah sejarah baru bagi Libya dibawah penguasa Italia.
b.Gerakan Sanusiyyah : Kerajaan Libya
      Gerakan Sanusiyyah dibentuk pada tahun 1837 oleh Muhammad ibn Ali Al Sanusiyyah (1787 – 1859), yang dilahirkan di Al Jazair. Dia salah seorang keturunan Nabi dari Al Hasan, yang nama lengkapnya adalah Al Sanusi Al Khattab Al Hasani.[22]
Gerakan Sanusiyyah dibentuk untuk menyatukan ikwanul muslimin yang ada dan untuk menyebarluaskan dan merevitalisasikan Islambahkan ditegaskan bahwa gerakan Sanusiyyah dibentuk untuk menghindari dan mempertahankan Islam dari agresi bagsa asing. Untuk tujuan itu gerakan Sanusiyyah memilih daerah terpencil yaitu Cyreneica, suatu daerah  yang berada diluar pengaruh bangsa Eropa dan hanya secara nominal di bawah rezim Utsmaniyah. Dengan demikian tempat itu cukup cocok untuk suatu gerakan keagamaan.
Disamping itu, gerakan Sanusiyyah pun mendapat pengakuan dari orang – orang Badui setemapt. Ini akibat usaha gerakan Sanusiyyah yang menggalang persaudaraan dikalangan mereka. Sanusiyyah mendapat otoritas untuk urusan kerjasama niaga, menjadi mediator dalam berbagai konflik dan untuk urusan pengajaran agama dan representasi politis. Adalah logis, bila pada akhir abad ke-19, gerakan Sanusiyyah telah mampu membangun satu koalisi kesukuan yang cukukp luas disebelah Barat Mesir dn Sudan.
Perjuangan Sanusiyyah tidak berhenti, gerakan ini menjalin persekutuan dengan Inggris dalam PErang Duni II dengan tujuan agar Libya lepas dari pengawasan Italia. Selanjutnya Libnya, sebagai sebuah kerajaan, diproklamasikan pada tahun 1951, dan Raja Idrus al Sanusiyyah, cucu dari pendiri gerakan Sanusiyyah, sebagai Raja pertama Libya.
Tampaknya, Raja Idrus kurang dapat menangkap aspirasi generasi muda yang berkembang pesat. Ini menyebabkan dia tidak snggup menghadapi tuntutan generasi muda yang terimbas oleh perasaan nasionalisme yang sedang tumbuh dan oleh perkembangan ekonomi minyak yang begitu fenomenal semenjak pemasarannya pada tahun 1961. Akhirnya pada tahun 1969 Qadzdzafi melakukan kudeta terhadapnya.
c.Qadzdzafi : Sang Revolusioner
      Pandangan orang Barat terhadap Muammar Qadzdzafi yang lahir pada Juni 1942, begitu negative. Dikatakan bahwa Qadzdzafi belum pernah mengenyam pendidikan dalam bidang hukum Islam, dan hanya memiliki pengetahuan sekilas tentang teologi Islam. Bahkan dikatakan bahwa Qadzdzafi begitu popular dengan julukan sebagai pendukung Arab Radikal dan Ideologi Islam. Dia memperjuangkan persatuan Arab dengan mendukung perjuangan menentang Israel. Akan tetapi, disisi lain Qadzdzafi adalah salah seorang pemikir social. Dia bisa memberikan suatu ruang untuk mereflekssikan berbagai model perubahan social ditempat lain.[23]
Qadzdzafi  memerintah Libya melaui suatu kudeta militer tak berdarah tahun 1969 terhadap pemerintahan monarki. Raja Idruslah yang telah menikmati tahta kerajaan tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, sehingga menjadi monarki melarat.

Tak lama setelah revolusi 1969, Qadzdzafi melakukan reformasi hukum. Dia menyerukan hukum syariat yang diperluas dengan peraturan baru, yang berdasarkan praktek hukum madzhab Maliki, dibuat dengan prinsip – prinsip syariat dan menggunakan hukum adat apabila dipandang dapat diterapkan.
Pada tahun 1973, Qadzdzafi mendeklarasikan tiga prinsip yang menjadi dasar system politik Negara. Prinsip – prinsip itu adalah persatuan Arab, demokraasi kerakyatan langsung, dan sosialisme Islam. Kemudian pada tahun 1977, Qadzdzafi akhirnya mendeklarasikan bentuk Negara Libya bari. Dia lebih memilih bentuk Negara dan pemerintahan dengan nama Republik Rakyat Sosialis Arab Libya.
Yang dimaksud dengan konsep sosialisme diatas adalah sebagai berikut. Konsep itu bukansosialisme yang disponsori oleh Uni-Soviet diera perang dingin. Bahkan Qadzdzafi menolak pada waktu itu, dukungan ideologis maupun ekonomi dari Uni-Soviet. Konsep sosialisme yang dia maksud adalah pemikiran sosialisme yang didasarkan pada pemahaman yang mendalam terhadap Islam. Pernyataan yang terakhir ini tentu sesuai dengan prinsip dia bahwa Al Qur’an bukan ajaran Nabi dan Al Hadits adalah satu – stunya sumber otoritas untuk merekontruksi masyarakat.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
a.       Kedatangan islam diafrika utara
Kehidupan masa lalu Afrika Utara adalah sebuah kehidupan masyarakat pedesaan yang bersifat kesukuan, Nomad (berpindah – pendah tempat) dan Patriarkhi. Ketika daerah ini berada dibawah kekuasaan Romawi, tak pelak pengaruhnya semangat besar bagi masyarakat Barbar. Umumnya mereka dipengaruhi para elit kota yang mengadopsi bahasa, gagasan, dan adat istiadat para penguasa
b.      Peradaban islam modern diafrika utara
Proses pertumbuhan dan pekembangan peradaban-peradaban baru di Afrika Utara mempunyai keunikan tersendiri. Di sebagian Negara, proses itu berlangsungsecara reformis, namun terutama di Libya, prose situ cukup revolusionner.
































DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, course (2014), Peradaban islam diafrika utara, from file:///C:/Users/Computer/Downloads/peradaban-islam-pra-modern-di-afrika.html 27-03-2016
Katili, lukman (2013), pendidikan islam diperguruan tinggi, gorontalo : ideas publishing
Munir, syamsul (2008), rekontruksi pemikiran dakwah islam. Jakarta : amzah
Sulthon, muhamad (2003). Desain ilmu dakwah. Semarang : pustaka pelajar
Syamsul, asep (2003). Jurnalistik dakwah. Bandung : remaja rosda karya
Yusuf, muhamad (2007), munthakab ahadist, Yogyakarta : ash-shaff

Makalah sosiologi komunikasi- paradigma keilmuan dan teori komunikasi

SOSIOLOGI KOMUNIKASI : PARADIGMA KEILMUAN DAN TEORI KOMUNIKASI DISUSUN OLEH : RAHMAT ABAS MOHAMAD RIFAI DJ RAUF ERWI...